Rubrik
Jawa Tengah
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Jendela
Pustakaloka
Fokus
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Audio Visual
Otonomi
Furnitur
Agroindustri
Sorotan
Teropong
Didaktika
Ekonomi Internasional
Pergelaran
Kesehatan
Telekomunikasi
Wisata
Bentara
Bingkai
Pixel
Otomotif
Ekonomi Rakyat
Pendidikan
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Investasi & Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Perbankan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Muda
Musik
Ilmu Pengetahuan
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Kamis, 08 Januari 2004

Kabupaten yang Masih Terpencil

KALAU anda mempunyai sanak keluarga yang berdiam di daerah Pasangkayu, ibu kota Mamuju Utara, jangan pernah berpikir bisa menghubungi mereka via telepon. Karena itu sesuatu yang masih sebatas angan-angan sekaligus harapan. Jaringan telepon memang masih belum menjangkau daerah ini.

Sebagai daerah yang baru mekar dari Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara (Matra) memang masih sangat jauh dari berbagai fasilitas. Bahkan sekian lama, saat masih berbentuk kecamatan, Pasangkayu adalah satu- satunya kecamatan yang paling terpencil. Jangankan dari ibu kota provinsi, dari ibu kota kabupaten saja jaraknya mencapai sekitar 300 kilometer. Hingga kini pun, setelah kawasan itu menjadi kabupaten, Matra masih tetap tergolong kabupaten yang terpencil.

Buktinya, selain soal jaringan telepon, hingga kini pun listrik di Pasangkayu masih menyala antara pukul 18.00-00.00 wita. Jumlah penduduk masih sekitar 90.000 jiwa atau hanya ada lima-enam penduduk pada setiap kilometer persegi tanah!

Sejumlah wilayah di daerah ini pun masih belum terhubung dengan layak satu sama lain. Sejumlah besar jalan dan jembatan yang menjadi penghubung antara satu desa atau kecamatan dan desa dan kecamatan lain masih jauh dari layak. Sebagian di antaranya masih berupa jalan perintis, bahkan sebagian lainnya masih belum terbuka.

Memang, setelah sekian lama pembangunan digalakkan oleh pemerintah, daerah Matra dan sekitarnya masih jauh dari sentuhan pembangunan. Selain persoalan jalan dan hubungan telepon, sektor lain pun masih jauh dari sentuhan pusat atau provinsi. Sejumlah besar sekolah dalam keadaan tidak memadai. Guru-guru pun masih terbatas jumlah dan kualitasnya.

Sekian lama pelbagai persoalan ini memicu ketidakpuasan pada pemerintah dan masyarakat setempat. Akumulasi ketidakpuasan ini antara lain berwujud dalam bentuk tuntutan bersama dari lima kabupaten bertetangga dan serumpun, yakni Polmas, Mamasa, Majene, Mamuju, dan Matra, untuk berdiri sendiri, lepas dari Provinsi Sulawesi Selatan.

Alasannya sederhana, dengan berdiri sendiri masyarakat dan pemerintah daerah setempat bisa lebih berperan dan menentukan pembangunan daerahnya. Pasalnya, berharap pada provinsi, apalagi pusat, ibarat pungguk merindukan Bulan. Seperti penantian yang tak berujung.

Padahal, potensi yang dimiliki daerah ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Matra, misalnya, punya potensi besar seperti perkebunan kelapa sawit, kakao, dan kelapa dalam. Belum lagi potensi tambang yang meliputi gas alam, minyak bumi, batu bara, hingga emas.

Soal potensi tambang ini, tak kurang pengusaha dari Amerika dan Inggris sudah melakukan penelitian pada tahun 1990-an. Bahkan, dalam sebuah peta tambang yang pernah dikeluarkan oleh Departemen Pertambangan dan Energi, tampak bahwa sejumlah besar wilayah di daerah ini digambarkan memang menyimpan kandungan berbagai bahan tambang yang tidak bisa disebut sedikit. Agaknya potensi ini pula yang membuat masyarakat setempat dengan berani menuntut pemisahan dari Provinsi Sulawesi Selatan.

Namun, sayangnya, hingga kini potensi tersebut sama sekali belum tergarap. Kondisi daerah yang masih serba terbatas, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, serta belum adanya investor yang melirik daerah ini adalah penyebab utama dari beberapa sebab lain belum tergarapnya potensi besar ini.

"Makanya, dengan berdiri sendiri, kami berharap pembangunan bisa lebih dekat ke masyarakat. Memang banyak hal yang tidak dapat kami lakukan sendiri, melainkan masih butuh dukungan berbagai pihak baik investor maupun pemerintah pusat. Seperti masalah infrastruktur jalan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya," jelas Sekretaris Kabupaten Matra HM Naim Tahir.

Pemerintah dan masyarakat, ujar Naim, sangat berharap investor mau menanamkan modalnya di Matra untuk menggali dan mengembangkan potensi yang ada. Dengan kuantitas dan kualitas masyarakat yang masih terbatas dan kondisi daerah yang juga masih terbatas, tentu berat bagi daerah ini untuk mengembangkan dan membangun sendiri potensi yang dimiliki.

Sebenarnya, pemerintah setempat, Naim menambahkan, bukan tidak melakukan apa-apa. Misalnya saja, dari sekitar Rp 34,7 miliar Dana Alokasi Umum dan Rp 30 miliar Dana Alokasi Khusus untuk Matra, sekitar 20 persen di antaranya disisihkan untuk pembangunan. Pembangunan dan pembenahan berbagai sarana jalan dan jembatan, pembangunan sekolah, hingga pembenahan sektor kesehatan adalah sebagian dari banyak hal lain yang saat ini jadi fokus perhatian pemerintah.

Mengingat keterbatasan yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Matra, Naim berharap pusat tidak lantas begitu saja ’melepas’ daerah ini. Pasalnya, sebagai daerah yang baru terbentuk dan berdiri sendiri, banyak hal yang belum bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah dan masyarakat. Dukungan pusat dan swasta, tetap masih diharapkan.

"Kami mohon perhatian pusat dan swasta, khususnya investor, untuk mau melirik daerah ini dan membantu kami membangun dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Kami akan membuka tangan lebar-lebar kepada investor yang mau menanamkan modalnya untuk menggali dan mengembangkan potensi yang ada di daerah ini," kata Naim. (Reny Sri Ayu Taslim)

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Mamuju Utara

·

Kabupaten yang Masih Terpencil



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS