Rubrik
Finansial
Berita Utama
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Opini
Olahraga
Jawa Tengah
Humaniora
Politik & Hukum
Berita Yang lalu
Pustakaloka
Swara
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Teknologi Informasi
Fokus
Jendela
Otomotif
Furnitur
Agroindustri
Musik
Dana Kemanusiaan
Properti
Muda
Pergelaran
Didaktika
Teropong
Ekonomi Rakyat
Telekomunikasi
Wisata
Sorotan
Pendidikan
Makanan dan Minuman
Esai Foto
Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Investasi & Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Kesehatan
Bahari
Ekonomi Internasional
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Bingkai
Bentara
Pendidikan Luar Negeri
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Selasa, 27 Januari 2004

Kabupaten Konawe Selatan

KONAWE bagi masyarakat Sulawesi Tenggara mengingatkan kerajaan yang pernah ada di sana. Bagi petani, kata itu merujuk pada varietas padi unggulan yang tahan terhadap wereng cokelat, nasinya pulen, harum, dan rasanya enak. Sementara Konaweeha merupakan nama sungai yang melewati Kabupaten Kendari. Di awal tahun 2003 kata konawe menunjuk sebuah daerah otonom, yaitu Kabupaten Konawe Selatan.

KONAWE Selatan (Konsel) merupakan pemekaran Kabupaten Kendari yang resmi sebagai daerah otonom pada 25 Pebruari 2003, berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2003. Kabupaten ini belum mempunyai DPRD. Anggota legislatif daerah ini akan dipilih pada pemilu 5 April 2004. Karena itu, bisa dimaklumi bila Konsel belum memiliki lambang daerah.

Paling lama tiga tahun setelah ditetapkan sebagai daerah otonom, Konsel masih mendapat dukungan kabupaten induk. Dana yang diperlukan untuk kelangsungan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat Konsel masih dibebankan ke Kabupaten Kendari hingga ditetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Konsel.

Perekonomian Konsel ke depan masih bergantung pada sektor pertanian. Data tahun 2002 setelah dipisah dengan kegiatan ekonomi Kabupaten Kendari diperoleh angka produk domestik regional bruto sementara Konsel, sebesar Rp 626,9 miliar. Sumbangan lapangan usaha terbesar berasal dari pertanian Rp 297,7 miliar yang merupakan 47,01 persen dari total kegiatan ekonomi. Tanaman bahan pangan menjadi penyumbang terbesar, 15,62 persen. Kabupaten Kendari sebelum pemekaran dikenal sebagai lumbung padi Sulawesi Tenggara. Kini, sebagian wilayah penghasil bahan makanan tersebut, Kecamatan Ranomeeto, Konda, Morampo, Lainea, Andoolo, dan Angata menjadi wilayah Konsel.

Selain tanaman pangan, lapangan usaha perikanan juga menentukan. Perikanan menyumbang 13,73 persen pada tahun 2002. Sumbangan sebesar ini bisa dimaklumi karena enam dari 11 kecamatan mempunyai garis pantai. Kecamatan itu adalah Moramo, Laonti, Kolono, Lainea, Palangga, dan Tinanggea. Wilayah tersebut sering disebut kecamatan-kecamatan pesisir. Dari kecamatan pesisir inilah dihasilkan 17.705 ton ikan laut senilai Rp 104,4 miliar pada tahun 2002. Sentra penghasil ikan laut di Kecamatan Lainea, Kolono, Tinganggea, dan Moramo dengan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis, seperti tuna, cakalang, udang, gurita, layang, tongkol, dan teri.

Petani dan nelayan Konsel juga membudidayakan ikan di tambak, kolam, dan laut. Paling tidak terdapat 1.387 hektar lahan yang menghasilkan udang windu dan bandeng tahun 2002. Hasil tangkapan ikan dan hasil budidaya nelayan ini dipasarkan ke Sulawesi Tenggara dan Makassar di Sulawesi Selatan. Dikirim juga ke Surabaya dalam bentuk segar, beku, dan yang dikeringkan.

Perkebunan menyumbang 12,09 persen. Wilayah Konsel menghasilkan kelapa, kopi, cengkeh, kakao, mete, dan tebu. Hasil perkebunan andalan Konsel adalah mete. Paling tidak di sana ada dua perusahaan yang mengolah mete untuk mendapat nilai tambah. Produksinya dipasarkan ke Sulawesi dan dikirim ke Pulau Jawa.

Tebu pernah menjadi berita yang cukup besar di wilayah yang kini menjadi daerah Konsel. Ketika Indonesia mengalami krisis gula di tahun 1996, pabrik gula di Jawa tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Lahan-lahan penghasil tebu banyak yang beralih fungsi karena laju pembangunan industri. Desa Lalobao dan Desa Anese di Kecamatan Tinanggea menjadi daerah yang dilirik untuk penanaman tebu.

Luas areal yang disediakan 20.000 hektar. Diperkirakan dari lahan tersebut dihasilkan 1,3 juta ton hingga 1,6 juta ton tebu yang mampu diolah menjadi 104.000 hingga 130.000 ton gula pasir. Penanaman perdana sebagian areal perkebunan tebu dimulai Agustus 1996. Hasil panen dari areal tersebut dikirim ke Pabrik Gula Bone dan Pabrik Gula Camming di Provinsi Sulawesi Selatan karena Konsel belum memiliki industri pengolahan sendiri.

Pembangunan pabrik gula Lalobao yang direncanakan selesai tahun 1998 dan mampu memproduksi gula 6.000 ton per hari di musim giling itu hingga kini belum terealisasi. Padahal, dengan investasi Rp 360 miliar waktu itu diperkirakan mampu menyerap ribuan tenaga kerja yang terdiri atas karyawan tetap pabrik, tenaga borongan, harian, dan musiman. Untuk tenaga borongan diperkiran sekitar 9.000 orang.

Petani Konsel tidak hanya mengolah tanah dan bercocok tanam. Mereka juga memelihara ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, babi, dan ayam. Jumlah ternak yang paling menonjol di Konsel adalah sapi. Tahun 2002 populasi sapi seluruh Kabupaten Kendari 147.205 ekor. Dari jumlah tersebut 52,3 persen berada di 11 kecamatan yang masuk wilayah Konsel.

Perut bumi Konsel, yang menurut data sementara Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan tahun 2003 dihuni 218.077 jiwa, diketahui menyimpan deposit kekayaan alam yang cukup menjanjikan. Batu kapur terdapat di Kecamatan Konda, Tinanggea, dan Moramo. Adapun batu sabak di Kecamatan Kolono. Nikel di Kecamatan Lainea. Kandungan bahan tambang tersebut belum terukur.

Bahan tambang yang terdeteksi jumlahnya dan sudah ditambang adalah marmer. Sentra marmer ada di Moramo (41.684 juta meter kubik), Kolono (1.356 juta meter kubik), dan Konda (87 juta meter kubik), dengan eksploitasi baru sebatas di Moramo.

Kekayaan alam lain yang dimiliki Konsel berupa anugerah alam yang harus dilestarikan. Di sana terdapat Taman Nasional Watumohai yang luasnya sekitar 100.000 hektar, di Kecamatan Tinanggea. Konon di taman ini masih ditemukan rusa liar juga bermacam jenis flora dan fauna. Sebagian daerah ini berupa rawa yang tadinya akan disulap menjadi areal penanaman tebu sebagai bahan baku pabrik gula.

Air terjun Moramo juga merupakan anugerah alam yang indah. Ada yang menyebutnya air terjun bertingkat tujuh. Air dari ketinggian 100 meter tercurah sebelum sampai ke tanah melewati tujuh tingkatan bertebing. Tebing-tebing tersebut berupa batu marmer warna hijau yang sangat memesona terkena percikan air yang jatuh.

Banyak yang harus dibenahi Konsel. Selain infrastruktur, jaringan komunikasi pun masih belum memadai. Selama ini kantor pemerintah kabupaten di Andoloo baru mempunyai satu nomor telepon melalui satelit yang dipakai bersama-sama. Telepon genggam tidak berfungsi, belum ada jaringan penerima sinyal. Bagi mereka yang ingin tahu lebih jauh tentang Konawe Selatan, lebih gampang bertanya ke kabupaten induk, Kabupaten Kendari.

FX Sriyadi Adhisumarta Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Konawe Selatan

·

Kabupaten Baru Peluang Baru



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS