Rubrik
Berita Utama
Finansial
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Opini
Olahraga
Jawa Tengah
Politik & Hukum
Humaniora
Pemilihan Umum 2004
Berita Yang lalu
Pustakaloka
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Teknologi Informasi
Fokus
Jendela
Otomotif
Furnitur
Agroindustri
Musik
Muda
Dana Kemanusiaan
Makanan dan Minuman
Pergelaran
Didaktika
Ekonomi Rakyat
Swara
Wisata
Sorotan
Teropong
Pendidikan
Ekonomi Internasional
Esai Foto
Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Investasi & Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Kesehatan
Bahari
Telekomunikasi
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Bingkai
Bentara
Properti
Pendidikan Luar Negeri
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 04 Februari 2004

Kabupaten Halmahera Utara

USIA boleh muda, tetapi peran dalam sejarah dunia perlu diperhitungkan. Sebagian wilayah kabupaten yang baru mekar tanggal 23 Februari 2003 berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2003 ini pernah ikut andil dalam sejarah Perang Dunia II. Salah satu wilayahnya, Pulau Morotai, menjadi saksi bisu dalam pertempuran antara tentara Jepang dan sekutu yang dikomandani Amerika Serikat. Pada zaman Perang Dunia II, pulau ini menjadi pangkalan militer pasukan Amerika Serikat.

SISA-sisa peninggalan perang, seperti meriam, benteng, dan senapan, masih dapat dijumpai di pulau ini. Namun, sayang, sisa-sisa peninggalan itu sudah jarang ditemui karena oleh masyarakat setempat barang tersebut dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan. Rongsokan senjata dilebur menjadi kerajinan besi putih yang dihiasi mutiara, sedang butiran mutiaranya tidak dihasilkan Halmahera Utara, melainkan didatangkan dari Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan.

Lokasi peninggalan Perang Dunia (PD) II ini berpotensi menjadi tempat pariwisata unggulan. Sampai sekarang, ada beberapa mantan tentara PD II yang bernostalgia mengenang keterlibatan mereka di Halmahera. Peninggalan PD II di antaranya Pulau Sum-Sum tempat persembunyian Jenderal Douglas MacArthur, panglima perang tentara sekutu, dan Pulau Bobale di Kecamatan Kao.

Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara memiliki potensi pariwisata bahari. Gugusan Pulau Dodola, Kokoya, Ngele-Ngele di Kecamatan Morotai memiliki pantai pasir putih, ikan hias, dan terumbu karang. Wisata pantai terdapat di Pantai Kupa-Kupa di Kecamatan Tobelo Selatan, Pantai Luari di Kecamatan Tobelo. Telaga Duma dan Telaga Makete di Kecamatan Galela, Telaga Lina di Kecamatan Kao, dan Telaga Paca di Kecamatan Tobelo. Bagi penggemar olahraga selam, Pulau Morotai memiliki taman laut yang indah untuk dinikmati. Namun, sampai saat ini potensi pariwisata bahari di Halmahera Utara belum dikelola dengan baik.

Setelah Kabupaten Maluku Utara, yang berubah nama menjadi Halmahera Barat, terbagi menjadi empat wilayah-Kabupaten Kepulauan Sula, Halmahera Selatan, Halmahera Utara, dan Halmahera Barat, pembagian kekayaan alamnya pun dibagi empat. Dalam pembagian wilayah kabupaten induk, ada sebagian kecamatan di Halmahera Utara yang harus berbagi dengan kabupaten lain. Seperti Kecamatan Loloda terbagi menjadi dua, Loloda Utara masuk Kabupaten Halmahera Utara dan Kecamatan Loloda masuk Kabupaten Halmahera Barat. Kecamatan Makian terbagi menjadi dua, yaitu Kecamatan Pulau Makian bergabung ke Kabupaten Halmahera Selatan dan Kecamatan Malifut atau lebih dikenal Makian Malifut masuk Kabupaten Halmahera Utara. Akibatnya, data sumber daya alam masih merupakan gambaran kasar.

Potensi utama Kabupaten Halmahera Utara diperoleh dari perkebunan dan jasa. Penduduk Halmahera Utara bergantung pada pertanian, terutama perkebunan kelapa dan cengkeh. Luas areal perkebunan kelapa tahun 2002 sebesar 47.900 hektar dengan produksi 68.500 ton. Kecamatan Tobelo, Tobelo Selatan, dan Galela paling banyak menghasilkan komoditas kelapa.

Pengolahan kelapa selama ini terbatas pada produk kopra. Sebenarnya, sebelum terjadi kerusuhan di Maluku Utara, sempat ada pabrik pengolahan minyak kelapa di Tobelo. Namun, akibat kerusuhan, pabrik pengolahan tersebut tutup. Sekarang pengolahan kopra sampai menjadi minyak kelapa dilakukan di Kota Ternate. Akan tetapi, karena kapasitas pabrik pengolahan terbatas, sebagian produk tersebut dibawa ke Surabaya melalui Pelabuhan Tobelo. Di sana komoditas ini diolah lebih lanjut menjadi minyak kelapa.

Rempah-rempah seperti cengkeh juga menjadi andalan kabupaten. Sepertiga luas areal dan produksi cengkeh di Kabupaten Maluku Utara disumbang oleh Kabupaten Halmahera Utara. Kecamatan Morotai Selatan, Malifut, dan Kao merupakan produsen terbesar di Halmahera Utara. Pada tahun 2002 areal tanaman cengkeh 2.667 hektar dengan produksi 494 ton.

Sebanyak 78 persen wilayah Halmahera Utara terdiri atas perairan. Oleh karena itu, potensi perikanan wilayah ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Lokasi strategis penangkapan ikan berada di perairan Tobelo, Tobelo Selatan, Morotai, Teluk Kao, dan Laut Maluku. Jenis ikan yang terdapat di perairan Halmahera Utara di antaranya pelagis besar seperti cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunus spp), layaran (Isthiophorus spp), dan lemadang (Coryphaena spp). Jenis pelagis kecil juga banyak dijumpai, seperti ikan layang, kembung, teri, selar, dan julung-julung. Jenis ikan demersal seperti kakap merah, pisang-pisang, baronang, dan jenis ikan ekonomis tinggi seperti kerapu sunu dan kerapu bebek juga banyak dijumpai dari hasil tangkapan nelayan Halmahera Utara.

Komoditas perikanan lain seperti kepiting kenari, cumi-cumi, mutiara, dan ubur-ubur atau lebih dikenal dengan nama jelly fish banyak dijumpai di perairan Teluk Kao. Di perairan Morotai, nelayan banyak mendapatkan lobster bambu, batik, dan mutiara. Rumput laut, teripang pasir, teripang lotong, dan teripang hitam juga sering dijumpai.

Produksi perikanan Kabupaten Halmahera Utara tahun 2002 sekitar 16.700 ton. Kecamatan Tobelo dan Tobelo Selatan paling besar menyumbang produksi perikanan ini. Produk perikanan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal maupun bahan baku industri caning di beberapa daerah di luar Kabupaten Halmahera Utara, seperti Manado dan Jakarta. Pengapalannya dilakukan di Pelabuhan Tobelo untuk didistribusikan lebih lanjut ke daerah lain. Ada pula yang sampai dikapalkan ke Jepang.

Kabupaten Halmahera Utara juga memiliki potensi pertambangan. Nusa Halmahera Mineral (NHM), sebuah perusahaan pertambangan emas, sudah sejak tahun 1990-an melakukan eksploitasi emas di daerah Kao dan Malifut. Keberadaan perusahaan ini bagi daerah setempat dirasakan terutama pada program pembangunan masyarakatnya. Setiap tahun NHM memberikan dana Rp 2 miliar untuk menjalankan program ini. Di kecamatan Loloda Utara, tepatnya di Pulau Doi, juga terdapat eksploitasi mangan.

Pembangunan prasarana pemerintahan dan penyusunan struktur organisasi masih menjadi fokus utama Halmahera Utara, sampai-sampai aparat pemerintah masih menomorduakan promosi potensi daerah. Sebab, informasi lebih mudah diperoleh dari kabupaten induk daripada aparat pegawai negeri Halmahera Utara.

Yuliana Rini/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Halmahera Utara

·

Menjual Tapak Kaki MacArthur di Morotai



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS