Rubrik
Finansial
Berita Utama
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Opini
Olahraga
Jawa Barat
Politik & Hukum
Humaniora
Berita Yang lalu
Otomotif
Perbankan
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Teknologi Informasi
Dana Kemanusiaan
Pustakaloka
Furnitur
Agroindustri
Musik
Muda
Swara
Makanan dan Minuman
Fokus
Pengiriman & Transportasi
Ekonomi Rakyat
Esai Foto
Wisata
Properti
Interior
Bentara
Telekomunikasi
Teropong
Jendela
Didaktika
Kesehatan
Pixel
Investasi & Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Pendidikan
Ekonomi Internasional
Ilmu Pengetahuan
Sorotan
Bingkai
Pergelaran
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 07 Juli 2004

Tersedia Banyak Peluang untuk Investor Berkiprah

SEBAGAI daerah otonom baru, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, sangat optimistis menatap masa depan. Pasaman Barat berani "memisahkan" diri dari kabupaten induk (Kabupaten Pasaman) karena memiliki banyak potensi yang membanggakan. Potensi itu selama ini sudah banyak yang diusahakan, namun masih banyak juga yang belum termanfaatkan secara optimal, padahal bernilai ekonomi tinggi.

"Kabupaten Pasaman Barat merupakan daerah potensial yang selama ini potensinya belum termanfaatkan secara optimal. Karenanya, tugas dari penjabat bupati adalah mempersiapkan aspek kelembagaan, peranti administrasi, dan penciptaan iklim investasi yang kondusif," ujar Gubernur Sumbar Zainal Bakar.

Hal senada dikemukakan sejumlah tokoh masyarakat Pasaman Barat, seperti Rusdi Lubis (Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar) dan Yulrizal Baharin (Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Sumbar). "Potensi yang sangat banyak dan bernilai ekonomi tinggi itu hanya tinggal menunggu pemodal. Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat nanti akan memfasilitasi," ujar keduanya.

Penjabat Bupati Pasaman Barat Zamri menyatakan, selama ini orang baru mengenal Pasaman Barat sebagai "mutiara hijau", daerah perkebunan kelapa sawit terluas di Sumbar, dengan luas areal yang telah diusahakan sekitar 120.000 hektar (ha). Peluang untuk membuka perkebunan baru pun masih ada.

Walau sebagian besar lahan sudah dimanfaatkan oleh masyarakat, masih ada lahan produktif dan potensial untuk dibudidayakan seluas 143.043 ha, yang terdiri dari rawa (11,3 persen), sawah bera/tidur (9,9 persen), kebun tidak produktif (18,9 persen), tegalan bera/tidur (10,7 persen), ladang berpindah/tidur (23,3 persen), dan sisanya lahan alang-alang.

Zamri memaparkan, dengan pengembangan potensi yang sudah berjalan sampai saat ini saja, penerimaan daerah seluas 4.248,40 kilometer persegi ini sudah relatif besar, yaitu mencapai Rp 42,172 miliar. Karena itu tak perlu heran, daerah berpenduduk 323.505 jiwa ini memiliki 67 lembaga keuangan; tujuh perbankan dan 60 nonperbankan.

Pasaman Barat boleh dikata daerah yang relatif makmur dan tanah harapan. Tak salah, pada zaman pemerintahan Hindia Belanda dulu, wilayah Pasaman Barat menjadi bagian dari Afdeling Agam atau Onderafdeeling Ophir, yang berpusat di Talu. Karena itu, perekonomian masyarakat di daerah ini cukup maju dan berkembang. Salah satu indikasinya bisa kita lihat dari kepemilikan mobil dan sepeda motor. Menurut data, terdapat 3.487 warga yang mempunyai kendaraan roda empat dan 11.581 warga mempunyai kendaraan sepeda motor.

PEMERINTAH Kabupaten Pasaman Barat kini tengah gencar mencari investor. Rupanya, sebanyak yang dihubungi, sebanyak itu pula yang tertarik.

Zamri menjelaskan, ada peluang dalam industri minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dengan membangun pabrik CPO. Lahan yang telah disiapkan di Kecamatan Kinali dengan perkiraan investasi sekitar Rp 120 miliar. Kemudian industri hilir CPO (industri minyak goreng) dengan perkiraan investasi Rp 25 miliar sampai Rp 50 miliar, lokasinya di Kecamatan Pasaman dan Kecamatan Kinali.

"Jika setiap 600 hektar sawit butuh satu pabrik pengolah CPO, maka jika diasumsikan nantinya ada 120.000 hektar sawit akan membutuhkan 20 pabrik. Ini akan menyerap tenaga kerja serta akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tidak saja industri hulu, tetapi juga industri hilir seperti jasa transportasi dan industri yang memanfaatkan CPO dan sebagainya," kata Zamri.

Selain itu juga ada peluang membuka industri hilir untuk produk-produk bahan dari karet, industri hasil tepung/pasta cokelat, dan industri hasil pertanian berupa pakan ayam/ikan. "Saya sudah hubungi beberapa calon investor di Jakarta, tampaknya mereka tertarik menanam modal ke Pasaman Barat," ungkap Zamri pula.

Di bidang perkebunan, ada peluang investasi dalam budidaya gambir, budidaya kelapa sawit, kopi arabika, serta pisang arabika. Jeruk manis dan salak ujung gading yang spesifik, yang selama ini sudah dikenal luas di Padang, Pekanbaru, bahkan Jakarta, juga terbuka peluang mengusahakan dan mengembangkannya di daerah ini.

Soal bahan tambang, Pasaman Barat juga kaya. Sejak zaman penjajahan Belanda, di wilayah Pasaman Barat sudah diketahui ada potensi tambang emas. Masyarakat secara tradisional membuktikan kenyataan itu dengan mendulang emas di pinggir-pinggir kali ataupun di kaki-kaki bukit.

"Selain itu juga ada bahan baku untuk industri semen di Desa Muaro Kiawai, Kecamatan Gunung Tuleh, yang depositnya tersedia 2 miliar ton dengan luas sebaran 2.500 hektar, bisa untuk produksi selama 300 tahun. Setidaknya di Pasaman Barat terbuka peluang membuka industri semen," tambah Zamri.

Pasaman Barat adalah daerah bahari yang memiliki pantai sepanjang lebih kurang 100 km. Dalam hal ini, menurut Zamri, terbuka peluang investasi pengembangan sektor kelautan, budidaya udang, rumput laut, dan potensi kelautan lainnya. Gubernur Zainal Bakar bahkan mengharapkan Pelabuhan Airbangis dikembangkan menjadi pelabuhan samudra.

Menjadikan Pelabuhan Airbangis sebagai pelabuhan samudra itu sejalan dengan daerah ini yang menggalakkan dan mendorong berkembangnya berbagai jenis industri, yang produksinya bisa dikapalkan dari Airbangis. (YURNALDI)

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Pasaman Barat

·

Tersedia Banyak Peluang untuk Investor Berkiprah



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS