|
C © updated 01062007 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/wes |
|
|
BIODATANama:
Maruasas Henry Purba, SH
Lahir:
Matiti, Dolok Sanggul, 7 April 1968
Meninggal:
Jakarta, 31 Mei 2007
PendidikanFormal:
Fakultas Hukum Universitas Darma Agung, Medan.
Pekerjaan:
Wartawan Tokoh Indonesia dan Berita Indonesia
|
|
|
|
|
|
|
MARUASAS HOME |
|
|
Maruasas Henry Purba (1968-2007)
Berdedikasi Lebihi Panggilan Tugas
Tokoh Indonesia dan
Berita Indonesia kehilangan seorang wartawan terbaik yang mendedikasikan
waktu dan tenaga melebihi panggilan tugas dan tanggung jawabnya.
Maruasas Henry Purba, SH, sebuah nama yang tidak mungkin akan kami
lupakan. Meski baru dua bulan terjun secara penuh memutar roda
redaksional sebagai Koordinator Liputan (setelah hampir dua tahun
sebagai kontributor), kehadirannya ibarat lilin di
tengah kegelapan.
Rapat redaksi setiap Senin menjadi semakin hidup
dengan kehadirannya. Suasana kerja di kantor yang sebelumnya sarat
dengan rutinitas yang menjemukan menjadi lebih bersemangat dan berwarna.
Bila pembaca Berita Indonesia memperhatikan, inisial ‘MH’ sering menutup
setiap tulisan-tulisan di Berita Utama dan Berita Ekonomi yang
dipegangnya.
Kami mengenalnya sebagai sosok jurnalis yang idealis dan berintegritas.
Selama bekerja, lajang kelahiran Matiti, Dolok Sanggul, 7 April 1968 ini
tidak pernah mau menggunakan fasilitas kantor untuk keperluan pribadinya.
Ia tidak pernah mau menerima uang makan harian dan transport setiap kali
pergi meliput. Sikap yang diambilnya ini kami pahami sebagai isyarat
bahwa ia bekerja bukan karena diberi uang makan atau uang transport
melainkan karena tanggung jawab yang penuh atas tugas-tugasnya. Ia juga
dikenal sebagai pribadi yang bertanggungjawab terhadap apa yang
dimulainya, sangat perhatian terhadap keluarga dan suka memberi dorongan
kepada teman-temannya.
Salah satu nilai tambah terbesarnya adalah totalitasnya untuk memikirkan
semua aspek manajerial di Berita Indonesia baik dari segi redaksional
hingga efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan. Ia ingin Berita
Indonesia menjadi sebuah majalah berita yang bermutu, mempunyai kekuatan
penulisan yang berbeda dengan majalah lainnya serta disokong oleh
penyajian berita yang eksklusif hasil peliputan di lapangan. Ia juga
ingin menggerakkan raksasa-raksasa tidur di dalam struktur sidang
redaksi, yang bila dibangunkan, akan menjadi sebuah kekuatan besar yang
bisa membawa perubahan yang cukup berarti bagi bangsa ini. Baginya,
semua tulisan harus memberi arti dan nilai tambah bagi setiap pembaca.
Semasa hidupnya, Maruasas, begitu kami memanggilnya, benar-benar
mencurahkan hidupnya di dunia jurnalistik. Ia memegang kuat etika
profesi dan berani berkata tidak terhadap hal-hal yang tidak sesuai
dengan prinsipnya. Bila perlu, ia siap berdebat mempertahankan
pendapatnya. Semuanya itu sudah ia pupuk ketika ia masih menempuh studi
di Fakultas Hukum Universitas Darma Agung, Medan. Semasa kuliah, ia
mulai menyadari bahwa ia terpanggil sebagai wartawan. Saat itu, untuk
menambah uang saku dan menutupi biaya hidup sehari-hari, ia rajin
mengirimkan tulisannya ke beberapa media di Medan, seperti Harian
Analisa dan Harian Waspada. Demi menggapai harapan yang lebih besar dan
hidup yang lebih baik, ia hijrah ke Jakarta menjadi wartawan di Majalah
Tugas. Sebelum bergabung secara penuh dengan Berita Indonesia –
sebelumnya ia menjadi penulis kontributor – ia aktif menjadi wartawan di
Majalah Berita dari Slipi terbitan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai
Golkar.
Semua yang sudah dilakukannya dan semua yang akan dilakukannya di Berita
Indonesia menyentuh sanubari kami masing-masing. Itulah sebabnya, saat
kami mendengar kabar kematiannya yang mendadak, dunia seakan runtuh.
Kami semua tidak percaya, ia pergi begitu saja tanpa ada tanda-tanda dan
pesan apapun. Kamis malam itu (31/5), sepulang dari tugas peliputan
sejak siang hingga sore, ia masih sibuk mengumpulkan bahan-bahan dari
koran di rumah kontrakannya di Pondok Gede. Namun, saat itu, sesuatu
sedang terjadi di dalam tubuhnya. Malam itu, ia muntah darah lalu
bergegas menelepon keluarganya yang tinggal tidak jauh dari situ. Ia pun
segera dibawa ke Rumah Sakit Asrama Haji Pondok Gede untuk ditangani
oleh dokter. Namun malang, menjelang 1 Juni dini hari, ia menghembuskan
nafasnya yang terakhir.
Kami tidak menyangka ia akan pergi secepat itu. Kami tidak pernah
mendengar ia mengeluh menderita suatu penyakit. Masa-masa tenggat
pekerjaan yang sering membuat begadang ia lakoni dengan enjoy. Bahkan,
selama seminggu terakhir di akhir bulan Mei, ia masih bekerja dengan
seluruh semangat dan totalitasnya. Senin dan Selasa ia mengantar surat
wawancara, mewawancarai sejumlah narasumber dan menulis berita. Rabu
malam (30/5), ia mewawancarai mantan Ketua Umum PGI, Natan Setiabudi di
sebuah foodcourt di Mall Taman Anggrek. Kamis, ia masih menemui sejumlah
narasumber dan menulis berita. Namun, Jumat dinihari, ia pergi begitu
saja membuat kami sedih dan syok tak terkatakan.
Menurut visum dokter, ia meninggal karena pecahnya pembuluh darah di
jantung. Kemungkinan besar disebabkan oleh gaya hidupnya yang tidak
sehat – perokok berat dan workaholic (pecandu kerja). Untuk urusan rokok,
dia memang sulit melepaskannya. Sedangkan untuk urusan workaholic, juga
sudah menjadi gaya hidupnya yang tidak ingin membuang waktu sia-sia dan
harus mengisinya dengan sesuatu yang berguna. Ia rela bekerja siang dan
malam demi menjemput sejumlah impian yang sudah lama ia harapkan. Salah
satunya menerbitkan sebuah buku. Di meja kerjanya terdapat setumpuk
kertas ratusan halaman yang sudah ia susun menjadi dummy (contoh buku).
Buku itu merangkum hasil kajian ilmiahnya di 25 kabupaten kota di
Sumatera Utara dengan menyoroti peluang dan tantangan Sumatera Utara di
era globalisasi. Masih dalam tumpukan yang sama, terdapat selembar surat
tertanggal 11 Mei 2007 yang meminta kesediaan Bapak Syamsul Arifin SE,
Bupati Langkat menerbitkan buku itu sebagai pelengkap visi dan misi
Bupati dalam kepemimpinannya di Sumatera Utara periode 2008-2013.
Berita Indonesia benar-benar kehilangan seorang sahabat sekaligus
wartawan tulen yang idealis, sarat gagasan, dan selalu berusaha
memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan dan tugas diberikan
kepadanya. Ia memberi diri melebihi tuntutan tanggungjawab pekerjaannya.
Selamat jalan sahabat dan saudara kami, Maruasas Henry Purba. Kami semua
tidak akan pernah melupakanmu…
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|