IRWANDI HOME |
|
|
Irwandi Yusuf
Gubernur Aceh 2007-2012 Irwandi Yusuf dan M Nazar
dilantik menjadi Gubernur
dan Wakil Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam oleh Menteri Dalam Negeri Moh Ma’ruf, mewakili Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, di hadapan 67 anggota DPRD dan seribuan undangan di
Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Kamis 8
Februari 2007.
drh Irwandi Yusuf, MSc pria kelahiran Bireuen, Nanggroe Aceh Darussalam,
2 Agustus 1960, itu terpilih menjadi gubernur Nanggroe Aceh Darusslam
tahun dalam Pilkada yang dilaksanakan pada 11 Desember 2006. Ia
berpasangan dengan Muhammad Nazar, S Ag dari calon independen (non-partai).
Acara pelantikan itu antara
lain dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil, anggota DPR Ferry Mursidan Baldan, Ahmad Farhan
Hamid, dan Nasir Djamil, serta Duta Besar Inggris, Kanada, dan Finlandia, Wakil Duta
Besar Amerika Serikat dan Perwakilan sejumlah lembaga internasional,
seperti World Bank dan Uni Eropa.
Seusai pelantikan, diadakan pesta peusijuk atau
tepungtawar yang dihadiri sekitar 5.000 orang di Taman Ratu Safiatudin,
Kota Banda Aceh. Acara iru dihadiri para tokoh Gerakan Aceh Merdeka dan Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA)
dari berbagai daerah.
Dalam sambutannya, Ma’ruf mengingatkan kepada Irwandi-Nazar untuk
memenuhi sumpah yang telah mereka ucapkan, yaitu bertanggung jawab
terhadap bangsa dan negara Republik Indonesia, bertanggung jawab
memelihara dan menyelamatkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat.
Siapa Irwandi
Semenjak kecil, Irwandi tertarik dengan ilmu pertanian. Setelah tamat
sekolah diniyah, ia melanjut Sekolah Penyuluhan Pertanian di Saree dan
kuliah di Faktultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Setelah meraih gelar kedokteran hewan (1987), dia sempat menjadi dosen
sejak 1988 untuk jurusan yang sama hingga pensiun begitu resmi dilantik
sebagai gubernur. Pada 1993, ia memperoleh beasiswa untuk melanjutkan
S-2 pada College of Veterinary Medicine Universitas Negeri Oregon.
Ia juga merintis berdirinya lembaga swadaya Fauna dan Flora
Internasional pada 1999-2001 dan pernah bekerja di Palang Merah
Internasional. Ia masuk Gerakan Aceh Merdeka atau GAM dan dipercaya
menduduki posisi Staf Khusus Komando Pusat Tentara GAM selama 1998-2001.
Rekan sesama dosen sampai terheran-heran dengan langkah pindah haluan
180 derajat itu.
Seorang teman bertanya kepadanya, "Kamu orang pandai, kenapa masuk GAM?"
Mendengar pertanyaan itu, ia balik bertanya, "Saya yang kamu bilang
pandai saja masuk GAM, kmu tunggu apa lagi?" Akibat sikapnya itu, ia
kemudian berurusan dengan aparat keamanan dan ditangkap pada awal 2003.
Ia divonis 9 tahun dalam kasus Makar.
Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 melepaskan dirinya dari penjara
Keudah, Banda Aceh. Ia melarikan diri ke Finlandia. Banyak orang mengira
riwayat hidupnya sudah tamat. Ternyata, ia dipercaya petinggi GAM di
Swedia sebagai Koordinator Juru Runding GAM. Saat rapat pertama di Aceh
Monitoring Mission hanya dirinya yang hadir mewakili GAM.
"Mungkin karena isi buku Singa Aceh yang begitu melekat di kepala, saya
kemudian masuk GAM," kata Irwandi kepada wartawan Tempo pada Desember
2006. Ia yang tak mewakili partai manapun sudah membaca buku itu
semenjak berumur tujuh tahun. Cerita tentang kepahlawanan tokoh-tokoh
Aceh di masa kerajaan itu seperti menembus waktu dan merasuk dalam
dirinya. Inspirasi dari para tokoh Aceh tersebut membuat pilihannya
berjuang bersama GAM daripada menjadi dokter hewan.
Gubernur ke-21
Irwandi Yusuf adalah Gubernur ke-21 Aceh. berikut nama-nama Gubernur
Aceh sejak 1945: 1. Teuku Nyak Arif 1945 1946; 2. Teuku Daud Syah 1947
1948; 3. Daud Beureuh 1948 1951 Gubernur militer; 4. Danu Broto 1951
1952; 5. Teuku Sulaiman Daud 1952 1953; 6. Abdul Wahab 1953 1955; 7.
Abdul Razak 1955 1956; 8. Prof. Dr. Ali Hasyimi 1957 1964; 9. Nyak Adam
Kamil 1964 1966; 10. H. Asbi Wahidi 1966 1967;
11. A. Muzakir Walad 1967 1978; 12. A. Madjid Ibrahim 1978 1981; 13.
Hadi Thayeb 1981 1986; 14. Prof. Dr. Ibrahim Hassan 1986 1991; 15. Prof.
Dr. Ibrahim Hassan 1991 1993; 16. Prof. Dr. Syamsudin Mahmud 1993 21
Juni 2000; 17. Ramli Ridwan 21 Juni 2000 November 2000 Penjabat Gubernur;
18. Abdullah Puteh November 2000 19 Juli 2004 Nanggroe Aceh Darussalam,
diberhentikan sementara sejak 26 Desember 2004; 19. Azwar Abubakar 19
Juli 2004 30 Desember 2005 Penjabat Gubernur; mengantikan Abdullah Puteh
yang dipenjara 10 tahun karena kasus korupsi; 20. Mustafa Abubakar 30
Desember 2005 sekarang Penjabat Gubernur; 21 Irwadi Yusuf 2007-2012. ►ti/mlp
****
Aceh di Tangan Mantan Tokoh Perlawanan…
Kompas 9/02/2007:
Dengan kitab suci Al Quran di atas kepala dan tatapan ribuan saksi mata,
mereka bersumpah untuk setia dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan
negara Republik Indonesia. Dan, resmilah duet mantan tokoh perlawanan,
Gerakan Aceh Merdeka dengan Sentra Informasi dan Referendum Aceh,
Irwandi Yusuf-M Nazar itu sebagai pemimpin tertinggi di tanah Serambi
Mekkah.
Demi Allah saya bersumpah. Akan memenuhi kewajiban saya sebagai Gubernur
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), sebagai Wakil Gubernur NAD, dengan
sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Memegang teguh Undang-Undang Dasar
Negara 1945 dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya, serta
berbakti kepada masyarakat, nusa, dan bangsa," kalimat itu diucapkan
Menteri Dalam Negeri Moh Ma’ruf yang diikuti oleh Gubernur dan Wakil
Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam terpilih, Irwandi Yusuf dan M Nazar,
Kamis (8/2).
Seiring dengan itu, tugas berat kini menghadang mereka berdua untuk
menyembuhkan Aceh yang terluka akibat konflik selama 30 tahun dan Aceh
yang luluh lantak akibat tsunami dua tahun silam.
Tantangan politik
Konflik bersenjata memang telah usai, seiring dengan penandatanganan
Nota Kesepahaman Helsinki dua tahun silam. Namun, konflik yang
berlangsung 30 tahun itu masih menyisakan sederet masalah yang pelik.
Irwandi Yusuf mengaku telah menanggalkan keinginan untuk merdeka dalam
arti lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Identitas
lama yang kami tinggalkan yaitu tuntutan kemerdekaan. Identitas dalam
format baru adalah kedaulatan, yaitu kami dipilih rakyat secara
demokratis," kata Irwandi.
Tetapi, di mata sebagian anak buahnya, kemerdekaan secara harfiah, lepas
dari NKRI, masih menjadi cita-cita. Setidaknya itu yang disampaikan
Safri (25), mantan prajurit Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dari Aceh Selatan
yang ditemui di Taman Ratu Safiatudin, Kota Banda Aceh, Kamis. Safri dan
5.000-an pendukung Irwandi dari berbagai wilayah Aceh ikut memeriahkan
pesta peusijuk, penyambutan pelantikan Irwandi-Nazar. "Kami memilih
Irwandi-Nazar karena mereka kami percaya bisa memerdekakan bangsa Aceh,"
kata dia.
Irwandi-Nazar memang harus bisa menjembatani kesenjangan pemikiran di
level bawah ini. Jika tidak, hal ini akan menjadi bom waktu kelak di
kemudian hari.
Belum lagi, mereka juga masih harus menyelesaikan perbedaan dengan
kalangan GAM lainnya, terutama tokoh tua, yang pada pilkada lalu
mendukung pasangan Humam Hamid-Hasbi Abdullah. Walaupun sepertinya
perbedaan ini mulai luntur dengan kehadiran Malik Mahmud dan Usman
Lampoh Awe, keduanya pendukung Humam-Hasbi, pada peusijuk.
Tugas berat lainnya adalah melakukan konsolidasi politik dengan berbagai
elemen lain di Aceh, yang berseberangan dengan mereka semasa konflik,
baik dengan elite politik lain, terutama di kalangan legislatif maupun
massa di level bawah. Salah satunya adalah konsolidasi dengan kelompok
masyarakat yang terbentuk untuk melawan GAM, yang jumlahnya menurut data
Badan Reintegrasi Damai Aceh (BRA) mencapai 6.000 orang lebih.
Saat ini Irwandi dan Nazar bukan hanya tokoh perlawanan. Mereka adalah
pemimpin seluruh rakyat Aceh. "Walaupun tidak semua pemilih memberikan
suaranya untuk Irwandi dan Nazar, tetapi sebagai gubernur dan wakil
gubernur terpilih, mereka menjadi pemimpin untuk semua, baik untuk yang
memilih maupun yang tidak memilih," ungkap Ketua DPRD NAD Sayed Fuad
Zakariya dalam sambutan saat pelantikan Irwandi-Nazar.
Tantangan nyata
Selain masalah politik, tugas berat yang menanti pemimpin Aceh yang
terpilih dalam pilkada adalah mengembalikan kepercayaan rakyat bahwa
pemerintah mampu memberi jawaban atas berbagai persoalan riil yang
dihadapi, yang sebenarnya bermuara pada kesenjangan ekonomi dan
kemiskinan. Jika tidak, Irwandi-Nazar hanya akan memunculkan kekecewaan
baru yang suatu saat bisa memicu kembali bara pergolakan.
"Majukan perekonomian Aceh, kalau tidak maka akan ada konflik di antara
sesama kita sendiri yang bisa merusak perdamaian yang terbina selama ini,"
pesan Malik Mahmud kepada Irwandi di Taman Ratu Safiatudin.
Tugas Irwandi-Nazar memang baru dimulai. "Kemenangan ini belum selesai.
Perjuangan masih panjang, yaitu untuk ’merdeka’, di mana hak-hak rakyat
bisa dipenuhi. Keadilan harus ditegakkan, dan Aceh yang kaya sumber daya
alam harus bisa memakmurkan rakyat. Tetapi, tugas ini tak akan bisa
dilakukan oleh Irwandi-Nazar saja, melainkan Jakarta juga harus memberi
kesempatan dengan tidak mengusik kepemimpinan mereka berdua," kata
Syahrir (26), penanggung jawab SIRA Blang Pidie.
Sedangkan Nursiah (40), mantan Inong Balee (prajurit GAM perempuan) dari
Desa Krueng Lingka Barat, Kecamatan Baktiya, Aceh Utara, berharap,
gubernur baru bisa adil dan menyejahterakan masyarakat. Perempuan yang
kehilangan suami semasa perang ini juga berharap bantuan untuk korban
konflik bisa segera diberikan.
Keadilan ekonomi memang menjadi harapan bagi sebagian besar rakyat Aceh.
Kemiskinan melilit masyarakat Aceh di pedesaan, baik di pesisir timur,
pesisir barat, dataran tinggi Gayo, hingga Pulau Simeulue. Kemiskinan
itu terjadi di tengah gelimang kucuran dana alokasi khusus ke Aceh yang
demikian besar.
Pendapatan daerah Aceh sebenarnya telah meningkat enam kali lipat sejak
tahun 1999 dan menjadikan daerah ini memiliki anggaran terbesar ketiga
di Indonesia setelah Kalimantan Timur dan Papua. Namun, jumlah penduduk
miskin di Aceh mencapai 28,5 persen dari total penduduk atau termiskin
keempat di Indonesia.
Dan setelah tsunami, Aceh menjadi daerah dengan pendapatan tertinggi.
Pada bulan Juni 2006, dana yang telah mengucur ke Aceh sebesar 4,9
miliar dollar Amerika Serikat (AS) dari 8 miliar dollar AS yang akan
dikucurkan ke Aceh. Tetapi, kini angka kemiskinan di Aceh melonjak
menjadi sekitar 35 persen, tertinggi kedua di Indonesia setelah Papua.
Kesenjangan menjadi penyakit laten di Aceh sejak zaman dulu kala dan
masih menjadi problem serius hingga kini.
Kesenjangan antara tuan tanah
yang didukung bangsawan atau uleebalang dan rakyat jelata yang didukung
ulama dimanfaatkan Belanda untuk memunculkan perang saudara atau perang
cumbuk yang berdarah-darah. Kesenjangan pula yang menjadi isu strategis
GAM selama bertahun konflik, selain masalah identitas sebagai bangsa
Aceh yang terluka. Kesenjangan antara Jakarta dan Aceh, serta
kesenjangan antarsesama orang Aceh sendiri.
Kini, tokoh-tokoh GAM yang bertahun melakukan perlawanan itu telah
menjadi pemimpin tertinggi di Aceh. Di tangan merekalah nasib Aceh ke
depan ditentukan.
"Jabatan ini sangat berat. Ini sebuah amanah besar yang akan kami
jalankan sepenuh hati dan sebaik mungkin," kata Irwandi di depan massa
upacara penyambutan kemenangannya.
Akankah mereka bisa menjawab semua tuntutan rakyat yang mendukung mereka
selama bertahun gerilya dan juga memenangkan mereka dalam pilkada?
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
Welcome
This
site is currently under construction. Please check back at a later time.
|