A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
:: Beranda :: Berita :: Profesi :: Politisi :: Pejabat :: Pengusaha :: Pemuka :: Selebriti :: Aneka ::
  H O M E
 ► Home
 ► Biografi
 ► Versi Majalah
 ► Berita
 ► Galeri
  P E J A B A T
 ► Pejabat
 ► Presiden
 ► Kabinet
 ► Departemen
 ► Mabes TNI
     ► TNI AD
     ► TNI AL
     ► TNI AU
     ► Polisi Militer
 ► Mabes Polri
  B E R A N D A
 ► Majalah TI
 ► Nusantara
 ► Search
 ► Poling Tokoh
 ► Selamat HUT
 ► Pernikahan
 ► In Memoriam
 ► Redaksi
 ► Buku Tamu
 

 
  C © updated 22052007  
   
  ► e-ti/kps  
  Nama:
Marsekal Muda (Purn) Sri Mulyono Herlambang
Lahir:
Solo, 9 November 1930
Meninggal:
Jakarta, 21 Mei 2007
Agama :
Islam
Isteri:
Srini Herlambang

Jabatan Terakhir:
Menteri/Panglima Angkatan Udara
Pangkat Terakhir:
Marsekal Muda (Purn)

Pendidikan :
- HIS di Ambarawa (1942)
- SMP Panti Parama di Solo (1946)
- SMA Negeri Semarang (1950)
- Sekolah Penerbang TALOA di California, AS (1952)
- Sekolah Penerbang AURI. Royal Air Force, Staff CollegewAndover, Inggris (1960)
- Sekolah Ilmu Siasat & Dasar Kemiliteran AURI, Jakarta (1954)
- Marketing Management Course (1974)

Karir :
- Tentara Pelajar di Solo (1950)
- Kadet Penerbang AURI (1951)
- Penerbang Skuadron ''I'' -- Fg. Komandan Skuadron (1954)
- Instruktur Penerbang, Komando Operasi AURI (1956)
- Penerbang VIP Pesawat Kepresidenan RI (1958)
- Asisten Direktur Operasi dan Latihan, MBAU Jakarta (1959)
- Direktur Operasi Markas Besar AU, Jakarta (1962)
- Perwira Udara MBAU dan Wakil Ketua Gw2 (1963)
- Deputi Operasi Menteri/Panglima Angkatan Udara RI (1964)
- Menteri Negara diperbantukan Presiden & Ketua G-2 KOTI (1965)
- Menteri/Panglima AU (1966)
- Direktur PT Daria Poultry Farm (1967)

Kegiatan Lain:
- Ketua Perhimpunan Peternakan Unggas Indonesia
- Ketua Koperasi Produksi Peternakan Unggas (1972)
- Dirut PT Konavi Aviation Consultant (1973)
- Ketua Umum ASITA (Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies)
- Ketua Umum Perhimpunan Peternak Unggas
- Ketua Umum INFFA (International Freight Forwarder Association) periode 1980-1990
- Anggota MPR (1988-1993 dan 1999-2001)
- Ketua Perhimpunan Purnawirawan AURI

Alamat Rumah Keluarga:
Jalan Haji Nawi Raya Nomor 8, Jakarta Selatan
 
 
     
 
SRI MULYONO H HOME

 

Sri Mulyono Herlambang (1930-2007)

Mantan Menteri/Panglima AU


Mantan Menteri/Panglima Angkatan Udara Marsekal Muda (Purn) Sri Mulyono Herlambang, meninggal dunia dalam usia 77 tahun sekitar pukul 12.55 Senin 21 Mei 2007 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Jenazah pria kelahiran Solo, 9 November 1930, itu disemayamkan di rumah duka di Jalan Haji Nawi Raya Nomor 8, Jakarta Selatan. Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata sekitar pukul 14.00.


Dia meninggal setelah terkena serangan stroke untuk ketiga kalinya dan terjatuh di kamar mandi. Sebelumnya dia sempat dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah selama sekitar seminggu. Sri Mulyono meninggalkan seorang istri, Srini Herlambang, empat anak, tujuh cucu, dan seorang cicit.


Presiden Soekarno mengangkatnya menjadi Menteri Panglima Angkatan Udara pada Desember 1965. Namun skibat situasi politik saat itu, Sri Mulyono terpaksa mengundurkan diri tiga bulan setelah menjabat. Kemudian, setelah terbitnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Sri Mulyono dipaksa menjadi tahanan militer. Usianya belum genap 37 tahun tatkala Sri Mulyono berhenti dengan hak pensiun dari TNI-AU 1 April 1967.


Dalam bukunya Otobiografi Sri Mulyono Herlambang Pengabdianku Hanya Untukmu, Negara dan Bangsaku, bahwa hari itu 1 Oktober 1965, dia beserta Dr. Soebandrio dalam perjalanan menggunakan pesawat kepresidenan dari Medan ke Jakarta. "Tentu ada persoalan penting hingga dijemput dengan pesawat kepresidenan," jelas Sri Mulyono kepada Soebandrio yang masih berada di Aceh dan dimintanya untuk bergegas ke Medan agar bisa segera ke Jakarta.


Hari itu Indonesia digegerkan oleh terbunuhnya beberapa jenderal AD oleh sebuah gerakan revolusioner yang menamakan dirinya G30S/PKI. Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Negara Diperbantukan kepada Presiden dan Wakil Kepala Staf KOTI, tentu presiden sangat mengharapkan kehadiran Sri Mulyono di Jakarta ketika negara berada dalam keadaan genting.


Selain lantas terlibat dalam masa-masa genting itu di tingkat elit, Sri Mulyono pula yang kemudian memerintahkan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) AURI untuk menyandang senjata, tetap tinggal di pangkalan dan tidak memperlihatkan sikap permusuhan dengan pasukan mana pun. Sempat Sri Mulyono berdialog dengan Mayor CI Santosa, Komandan Batalion 1 RPKAD yang mendapat perintah dari Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, yang juga diperintahkan Pangkostrad Mayjen Soeharto, untuk menguasai Halim.


"Apa misi mayor di sini?" Mayor CI Santosa menjawab, "Misi kami menguasai pangkalan untuk memastikan agar pesawat tidak digunakan untuk pemboman." (hal. 103). Entah siapa yang mendalangi, saat itu beredar isu bahwa markas Kostrad akan dibom pesawat AURI.


Pensiunan perwira tinggi AURI ini ditunjuk menjadi KSAU pada 15 Oktober 1965 hingga Maret 1966, merupakan penerbang jebolan Sekolah Penerbang TALOA, California 1951. Dalam sejarah TNI AU mungkin tidak akan pernah terulang di mana satu lichting melahirkan tiga KSAU dan se-abrek jenderal penting seperti Wisnu Djayengminardo, Andoko, IG Dewanto dan Leo Wattimena.


Sebagai mantan penerbang pembom (pembom B-25 Mitchell dan B-26 Invader), Sri Mulyono sudah kenyang asam garam operasi udara mulai dari menumpas gerakan Daud Beureuh, PRRI/Permesta, Kampanye Trikora sampai menjadi penerbang pesawat kepresidenan Il-14 hibah Uni Soviet yang oleh Presiden Soekarno diberi nama 'Dolok Martimbang'. Sri Mulyono yang waktu kecil akrab dipanggil Nano pun sempat menerbangkan pesawat jet tempur pertama AURI de Havilland F.1 Vampire buatan Inggris pada Februari 1958.


Salah satu yang menarik dari pengalaman Sri Mulyono memimpin tim penjemputan pesawat pembom Tupolev Tu-2 (sekelas B-25) berjumlah 36 orang ke Cina. Selain harus direpotkan masalah bahasa baik selama di kelas maupun saat penerbangan hingga untuk mendapatkan landing clearance mereka hanya menggunakan isyarat lampu hijau, juga soal membawa pulang pesawat ke Indonesia. Pasalnya, penerbang RRC tidak berpengalaman menerbangkan pesawat melintasi samudera. "Makanya penerbang yang saya bawa adalah orang-orang nekad seperti Pedet Soedarman," aku Sri Mulyono.


Seusai dipensiundinikan pada 1 April 1967, Sri Mulyono dikenal aktif di berbagai organisasi di antaranya Ketua Umum ASITA (Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies), Ketua Umum Perhimpunan Peternak Unggas, Ketua Umum INFFA (International Freight Forwarder Association) periode 1980-1990 dan Anggota MPR (1988-1993 dan 1999 ¬ sekarang), dan Ketua Perhimpunan Purnawirawan AURI.


Dalam buku otobiografinya berjudul “Pengabdianku Hanya Untukmu, Negara dan Bangsaku” tersebut juga disebutkan, Sri Mulyono terlibat dalam berbagai operasi penumpasan pemberontakan, seperti DI/TII Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan (1953) dan PRRI/ Permesta di Manado (1958). Dia juga menjadi salah satu negosiator perundingan antara Indonesia dan Belanda di New York, Amerika Serikat, saat terjadi perebutan Irian Barat (1963). Perjuangan diplomasi tersebut berhasil mencegah pecahnya perang di kawasan timur Indonesia, dimana Belanda akhirnya mengakui Irian Barat sebagai bagian dari Negara Kesatuan RI.

Pada usianya belum genap 37 tahun, pada 1 April 1967, Sri Mulyono berhenti dengan hak pensiun dari TNI-AU dengan pangkat terakhir Marsekal Muda dan jabatan terakhir Menteri/Panglima Angkatan Udara. Namun dia mengaku tidak mengalami sindrom purnakuasa. Sebab dia mampu hidup berwiraswasta. Apalagi dia punya pedoman hidup: ''Plan your fly and your fly according to your plan.'' Ini doktrin para penerbang.

Pada awal berwiraswasta, dia beternak ayam sebanyak 20 ekor. Sampai kemudian usaha ini membesar, sehingga dia dipercayai menjadi Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia dan Ketua Koperasi Produksi Peternakan Unggas. Sukses sebagai pengusaha unggas, sama sekali tidak pernah dipikirkannya saat masih aktif di militer. ''Tapi, begitu selesai tugas, saya harus memilih jalan hidup baru. Saya terjun ke bidang penerbangan, karena saya merasa menguasainya. Tetapi, untuk itu saya tidak membawa-bawa pangkat saya. Sebab, begitu pensiun, saya simpan pakaian dinas, tanda pangkat, dan tanda- tanda jasa saya. I forget it for the time being, untuk menjadi anggota masyarakat biasa,'' ujarnya mengenang.

Sri Mulyono, bekas penerbang pesawat kepresidenan RI itu, lahir sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Siswosudarmo, terakhir bekerja sebagai guru di Solo. Karier militernya dimulai sebagai anggota Tentara Pelajar. Dia menikah dengan RA Srini Partoseputro, teman satu grup di paduan suara, ketika sama-sama masih di sekolah menengah. Pasangan ini dikaruniai empat anak. (Sumber: Buku Otobiografi Sri Mulyono Herlambang Pengabdianku Hanya Untukmu, Negara dan Bangsaku; pdat.co.id; angkasa-online, Kompas 22/5/07)  ► e-ti/tsl

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)