|
C © updated 25092008- 28062005 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/kcm |
|
|
Nama:
Jenderal Pol Sutanto
Lahir:
Comal, Pemalang, Jawa Tengah, 30 September 1950
Agama:
Islam
Jabatan:
Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Dilantik 8 Juli 2005 - 30
September 2008)
Isteri:
Henny S
Anak:
- Tanti Ari Dewi
- Wenny Natalia Dewi
- Bimo Agung Wibowo
- Widya Ari Dewi
Pendidikan:
- Akabri Kepolisian 1973
- Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) 1983
- Sespimpol, Lembang, Bandung (1990)
- Sus Jur Pa Rengar Hankam, Bandung (1985)
- Lemhannas (2000)
Karir:
- Pamapta Konwiko 74 Jakarta Selatan (1973-1975)
- Kapolsek Metro Kebayoran Lama (1978-1980)
- Kapolsek Metro Kebayoran Baru (1980)
- Kepala Detasemen Provoost Polda Jatim (1990-1991)
- Kapolres Sumenep, Jawa Timur (1991-1992)
- Kapolres Sidoarjo, Jawa Timur (1992-1994)
- Paban Asrena Polri (1994-1995)
- Ajudan Presiden Soeharto (1995-1998)
- Waka Polda Metro Jaya (1998-2000)
- Kapolda Sumut (2000)
- Kapolda Jatim (17 Oktober 2000-Oktober 2002)
- Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (24 Oktober 2002-28
Februari 2005)
- Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (28 Februari
2005-Juli 2005)
- Kapolri (2005)
Alamat Kantor:
Jalan Trunojoyo No 3 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telp 021-3848537 - 7260306 - 7218010
Fax 021-7220669
Alamat Rumah:
Jalan Pinang Perak II PA-2, Pondok Indah, Jakarta Selatan
|
|
|
|
|
|
|
BIOGRAFI |
|
|
Jenderal Pol Sutanto
Kapolri, Alumni Terbaik Akpol 1973
Presiden SBY melantik
Jenderal Sutanto sebagai Kepala Kepolisian Negara RI, menggantikan
Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar (8/7/2005). Pelantikan dilakukan setelah DPR secara aklamasi menyetujui usai melakukan uji kepatutan dan kelayakan
((fit and proper test)) terhadap Komjen Sutanto di Gedung Nusantara II
DPR, Jakarta, 4/7/2005.
Dia pensiun 30 September 2008 dan digantikan Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri
Komjen Pol. Bambang Hendarso Danuri.
Sutanto yang sebelumnya menjabat
Kepala Badan Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Nasional (BNN)
berpangkat Komisaris Jenderal Polisi
secara resmi diangkat menjadi Kapolri dengan Keppres Nomor 28/Polri/2005
tertanggal 5 Juli 2005. Kemudian dengan Keppres Nomor 29/Polri/2005
tanggal yang sama pangkatnya dinaikkan menjadi Jenderal Polisi.
Sebelumnya Presiden SBY mengajukannya sebagai satu-satunya calon Kepala
Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) menggantikan Jenderal (Pol) Da’i
Bachtiar kepada DPR. Kemudian Komisi III DPR secara aklamasi menyetujui usai melakukan uji kepatutan dan kelayakan
(fit and proper test)4/7/2005 dan Rapat Paripurna DPR 5/7/2005.
Dalam rapat tertutup (internal) dicapai kesepakatan persetujuan secara
aklamasi. Seluruh fraksi (10 fraksi) di Komisi III, mendukung pejabat
Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional itu menjadi Kapolri.
Keputusan Komisi III itu dilaporkan dalam rapat paripurna Selasa
5/7/2005 yang dimulai pukul 09.00.
Uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) berlangsung serius,
walau kadang diselingi canda. Sebanyak 34 anggota Komisi III mengajukan
pertanyaan. Di antaranya mengenai terorisme, narkoba, perjudian,
pelacuran, pornografi, dan pornoaksi, pemberantasan korupsi, pembenahan
moral polisi, dan cara mengatasi godaan dari bos-bos penjahat untuk
melobi agar kasusnya dihentikan.
Selama 30 menit, Sutanto diberi kesempatan memaparkan visi misinya.
Sutanto menyatakan akan secara tegas dan konsisten menindak empat jenis
kejahatan. Pertama, kejahatan yang merugikan kekayaan negara (korupsi,
illegal logging, illegal mining, penyelundupan); Kedua, kejahatan yang
berdampak luas terhadap masyarakat (judi dan narkoba); Ketiga, kejahatan
yang meresahkan masyarakat (kejahatan jalanan dan kejahatan oleh kawanan
bandit); dan Keempat, segala pelanggaran lalu lintas yang mengakibatkan
kecelakaan lalu lintas, ketidaktertiban dan kemacetan.
Secara khusus, Sutanto mengatakan dalam mengatasi masalah narkoba, ada
tiga langkah yang secara simultan harus dilakukan. Ketiganya adalah
pencegahan, penegakan hukum, dan terapi-rehabilitasi bagi pengguna
narkoba.
Dia juga menegaskan adalah kewajiban pemerintah untuk menyediakan
panti rehabilitasi yang murah, tidak saja di kota-kota besar, tetapi
juga di kabupaten-kabupaten. Karena narkoba sudah merambah pelosok desa
dan banyak disalahgunakan masyarakat menengah ke bawah.
Mantan Ajudan Presiden Soeharto kelahiran Comal, Pemalang,
Jawa Tengah, 30 September 1950, ini merupakan satu di antara sedikit
polisi yang baik, jujur, bersih, dan punya komitmen tinggi memberantas
kejahatan di negeri ini.
Alumni Terbaik Akabri Kepolisian 1973, ini memang sudah santer
disebut-sebut akan menjadi Kapolri sejak Susilo Bambang Yudhoyono
dilantik menjadi Presiden RI. Pasalnya, SBY dan Sutanto sudah lama
bersahabat karena seangkatan ketika menjadi taruna Akademi Angkatan
Bersenjata (Akabri). Keduanya lulusan Akabri (Darat dan Kepolisian)
tahun 1973.
Teman taruna seangkatan (1973) SBY dan Sutanto lainnya antara lain
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Slamet Soebijanto dan
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Djoko Suyanto. Mereka
merupakan lulusan terbaik di angkatan masing-masing. Mereka sama-sama
memperoleh penghargaan Adi Makayasa.
Selain karena pertemanan dengan presiden, Sutanto juga dinilai bersih
selama karirnya di kepolisian. Dia juga dikenal konsisten dan dekat
dengan bawahan. Ayah dari empat anak ini dikenal jujur, bersih, dan
punya komitmen tinggi memberantas kejahatan.
Saat menjabat Kapolda Sumut (2000), dia berupaya secara gigih memerangi
perjudian, premanisme, dan peredaran narkoba di provinsi itu. Dia hadapi
apa pun risikonya, baik dari para bandar judi dan internal Polri sendiri.
Mereka yang tidak senang judi diberantas di daerah itu tidak suka
Sutanto berlama-lama di Medan. Mereka ingin Sutanto cepat pindah. Memang,
Sutanto hanya tujuh bulan menjadi Kapolda Sumut (Maret sampai Oktober
2000). Dia dipindah menjadi Kapolda Jawa Timur.
Di Jatim, Sutanto langsung menyatakan perang terhadap illegal logging,
praktik BBM oplosan, judi dan narkoba. Salah satu gebrakannya adalah
menangkap dan menahan Sundono alias Jhonson Limuel Lim, bos kayu ilegal
nomor satu di Jatim yang sebelumnya sulit tersentuh hukum. Dia juga
mengusir dan menampik utusan Sundono yang hendak menyuapnya Rp 2 miliar
agar Sundono bisa ditahan luar.
Dia bergeming, Sundono terus ditahan sampai kasusnya dilimpahkan ke
kejaksaan. Walaupun setelah kasus illegal logging itu digelar di PN
Surabaya, Sundono malah divonis bebas, yang sebelumnya oleh jaksa
penuntut umum hanya dituntut hukuman 1 tahun penjara dan denda Rp 200
juta.
Setelah dua tahun menjabat Kapolda Jatim (2000-2002), Sutanto dimutasi
menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (2002-2005). Dia
seperti sengaja ‘disimpan’ di situ. Namanya pun nyaris tidak pernah
muncul lagi di media massa. Namun setelah SBY jadi presiden, nama
Sutanto kembali berkibar. SBY mengangkatnya menjadi kepala Pelaksana
Harian Badan Narkotika Nasional (Kalakhar BNN) pada awal Maret 2005. Dia
pun naik pangkat dari Irjen menjadi Komjen Pol. Saat itu, banyak
kalangan sudah memprediksi Sutanto akan menjadi Kapolri menggantikan
Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar.
Kendati sebentar di BNN, dia telah melakukan gebrakan menangkap anggota
sindikat peredaran narkoba internasional dan berhasil menggerebek dan
menemukan sejumlah pabrik narkoba besar di sekitar Jakarta.
Presiden SBY mengatakan pergantian Kapolri dilakukan dalam rangka
penyegaran kepemimpinan di lingkungan kepolisian. Da’i sudah mengemban
tugas sebagai Kapolri selama 3 tahun 8 bulan. Menurut SBY masa tugas
tersebut, sudah cukup bagi Da’i untuk mengabdi kepada negara dan bangsa.
Menurut Presiden, konteks pergantian ini dalam kerangka positif. Selain
untuk regenerasi, juga sambil memberi kehormatan kepada Da’i dan
penugasan kepada penggantinya. SBY berharap DPR segera menyetujui usul
pergantian Kapolri tersebut. Sementara Da’i Bachtiar kemungkinan akan
diangkat menjadi Dubes di Malaysia. ►tsl
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|