|
C © updated 24012006 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/tempo |
|
|
Nama
Putera Sampoerna
Lahir
Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947
Isteri:
Katie
Anak:
Michael Sampoerna
Ayah:
Aga Sampoerna (Liem Swie Ling)
Kakek:
Liem Seeng Tee
Pekerjaan
- CEO PT Sampoerna Strategic
- Presiden Komisaris PT HM Sampoerna
Pendidikan
- Diocesan Boys School, Hong Kong
- Carey Grammar High School, Melbourne
- University of Houston, Texas, AS
Kegiatan lain
Alamat:
|
|
|
|
|
|
|
PUTERA SAMPOERNA |
|
|
Putera Sampoerna
Penjemput Pasar Masa Depan
Putera Sampoerna, mengguncang dunia bisnis Indonesia dengan menjual
seluruh saham keluarganya di PT HM Sampoerna senilai Rp18,5 triliun,
pada saat kinerjanya baik. Generasi ketiga keluarga Sampoerna yang
belakangan bertindak sebagai CEO Sampoerna Strategic, ini memang seorang
pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan.
Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain
sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Sehingga pantas saja Warta Ekonomi menobatkan putra Liem Swie
Ling (Aga Sampoerna) ini
sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005. Sebelumnya,
majalah Forbes menempatkannya dalam peringkat ke-13 Southeast Asia’s 40
Richest 2004.
Putera Sampoerna, pengusaha Indonesia kelahiran Schidam, Belanda, 13
Oktober 1947. Dia generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia.
Adalah kakeknya Liem Seeng Tee yang mendirikan perusahaan rokok
Sampoerna. Putera merupakan presiden direktur ketiga perusahaan rokok
PT. HM Sampoerna itu. Dia menggantikan ayahnya Aga Sampoerna.
Kemudian, pada tahun 2000, Putera mengestafetkan kepemimpinan
operasional perusahaan (presiden direktur) kepada anaknya, Michael
Sampoerna. Dia sendiri duduk sebagai Presiden Komisaris PT HM Sampoerna
Tbk, sampai saham keluarga Sampoerna (40%) di perusahaan yang sudah
go public itu dijual kepada Philip Morris International, Maret 2005,
senilai Rp18,5 triliun.
Pria penggemar angka sembilan, lulusan Diocesan Boys School, Hong Kong,
dan Carey Grammar High School, Melbourne, serta University of Houston,
Texas, AS, itu sebelum memimpin PT HM Sampoerna, lebih dulu berkiprah di
sebuah perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit milik pengusaha
Malaysia. Kala itu, dia bermukim di Singapura bersama isteri
tercintanya, Katie, keturunan Tionghoa warga Amerika Serikat.
Dia mulai bergabung dalam operasional PT. HM Sampoerna pada 1980. Enam
tahun kemudian, tepatnya 1986, Putera dinobatkan menduduki tampuk
kepemimpinan operasional PT HAM Sampoerna sebagai CEO (chief executive
officer) menggantikani ayahnya, Aga Sampoerna.
Namun ruh kepemimpinan masih saja melekat pada ayahnya. Baru setelah
ayahnya meninggal pada 1994, Putera benar-benar mengaktualisasikan
kapasitas kepemimpinan dan naluri bisnisnya secara penuh. Dia pun
merekrut profesional dalam negeri dan mancanegara untuk mendampinginya
mengembangkan dan menggenjot kinerja perusahaan.
Sungguh, perusahaan keluarga ini dikelola secara profesional dengan
dukungan manajer profesional. Perusahaan ini juga go public, sahamnya
menjadi unggulan di bursa efek Jakarta dan Surabaya. Ibarat sebuah kapal
yang berlayar di samudera luas berombak besar, PT HM Sampoerna berhasil
mengarunginya dengan berbagai kiat dan inovasi kreatif.
Tidak hanya gemilang dalam melakukan inovasi produk inti bisnisnya,
yakni rokok, namun juga berhasil mengespansi peluang bisnis di segmen
usaha lain, di antaranya dalam bidang supermarket dengan mengakuisi Alfa
dan sempat mendirikan Bank Sampoerna akhir 1980-an.
Di bisnis rokok, HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah
air, yakni rokok rendah tar dan nikotin. Pada 1990-an,
itu Putera Sampoerna dengan kreatif mengenalkan produk rokok terbaru: A
Mild. Kala itu, Putera meluncurkan A Mild sebagai rokok
rendah nikotin dan “taste to the future”, di tengah ramainya pasar rokok
kretek. Kemudian perusahaan rokok lain mengikutinya.
Dia memang seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa
depan. Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain
sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Langkahnya
yang paling sensasional sepanjang
sejarah sejak HM Sampoerna berdiri 1913 adalah keputusannya
menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna Tbk (40%) ke Philip
Morris International, Maret 2005.
Keputusan itu sangat mengejutkan pelaku bisnis lainya. Sebab, kinerja
HM Sampoerna kala itu (2004) dalam posisi sangat baik dengan berhasil memperoleh pendapatan bersih
Rp15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang. Dalam posisi
ketiga perusahaan rokok yang menguasai pasar, yakni menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia, setelah Gudang Garam dan Djarum.
Mengapa Putera melepas perusahaan keluarga yang sudah
berumur lebih dari 90 tahun ini? Itu pertanyaan yang muncul di tengah
pelaku bisnis dan publik kala itu.
Belakangan publik memahami visi Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005
versi Majalah Warta Ekonomi ini ((Warta Ekonomi 28 Desember 2005).
Dia melihat masa depan
industri rokok di Indonesia akan makin sulit berkembang. Dia pun ingin
menjemput pasar masa depan yang hanya dapat diraihnya dengan langkah
kriatif dan revolusioner dalam bisnisnya. Secara revolusioner dia
mengubah bisnis intinya dari bisnis rokok ke agroindustri dan infrastruktur.
Hal ini terungkap dari langkah-langkahnya setelah enam bulan melepas
saham di PT HM Sampoerna. Juga terungkap dari ucapan Angky Camaro, orang
kepercayaan Putera: “Arahnya memang ke infrastruktur dan agroindustri.”
Terakhir, di bawah bendera PT Sampoerna Strategic dia sempat berniat
mengakuisisi PT Kiani Kertas, namun untuk sementara dia menolak melanjutkan negosiasi
transaksi lantaran persyaratan yang diajukan Bank Mandiri dinilai tak
sepadan. Dia pun dikabarkan akan memasuki bisnis jalan tol, jika faktor
birokrasi dan kondisi sosial politik kondusif. ►e-ti/tian
son lang, dari berbagai sumber
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) |
|