|
C © updated 05032007 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti |
|
|
Nama:
Pandji Wisaksana
Lahir:
Bandung, 25 Juni 1925
Agama:
Katolik
Istri:
Trijuani
Pendidikan :
- SD THHK, Bandung
- SM Bandung English School
- Fakultas Sosial Ekonomi Politik Universitas Nasional, Jakarta
- Business Administration, Universitas 17 Agustus (Sarjana)
Karir :
- Direktur Pabrik Sikat Gigi dan Plastik Haking (1954)
- Preskom PT Siliwangi Knitting Factory (1955 -- sekarang)
- Dirut PT Pioneer Plastics Ltd. (1964 -- sekarang)
- Dirut PT The New Asia Industry (1969 -- sekarang)
- Dirut PT Vitafoam Indonesia (1975 -- sekarang)
- Dirut PT Pioneer Plastics Ltd., Packaging Department
- Preskom PT Pioneer Kimia Agung
Kegiatan lain:
District Governor 307 Lions Club International
- Ketua Umum Yayasan Panji Sejahtera
- Wakil Ketua Yayasan Universitas Trisakti
- Aktivis Bank Mata DKI Jaya.
Penghargaan:
- Satyalancana Pembangunan dari Presiden RI (1983)
- Pengusaha Teladan DKI dari Gubernur DKI (1977)
- International President’s Award dari Lions Club International (1989)
- Penghargaan dari Menteri Sosial (1999)
- dan lain-lain
Alamat Rumah:
Jalan Bulungan I/14, Jakarta Selatan
Alamat Kantor:
Jalan Bandengan Utara 43, Jakarta Utara
Sumber:
Kompas, 5 Maret 2007 dan Pusat Data dan Analisis Tempo, dan
lain-lain
|
|
|
|
|
|
|
PANJI WISAKSANA HOME |
|
|
Pandji Wisaksana
Pengusaha Peduli Mata
Sejarah profesinya sangat panjang. Dari petugas Palang Merah, wartawan,
hingga pengusaha pun pernah disandangnya. Namun, di tengah kesibukannya,
perhatiannya tidak lepas dari orang-orang buta. Di dunia usaha dia
dikenal sebagai orang yang memelopori pembuatan peralatan rumah tangga
dari plastik bermerek Pioneer.
Dialah Pandji Wisaksana, pria kelahiran Bandung, 25 Juni 1925,
pengusaha yang telah meniti karier sejak zaman pendudukan Jepang.
Perhatiannya kepada orang buta juga telah dimulai sejak muda. Pada tahun
1968, bersama Ny Nani Ali Sadikin, Pandji mendirikan Bank Mata.
Hingga kini, di masa pensiun, Pandji masih aktif menggalang dana bagi
tunanetra dan mereka yang mempunyai masalah mata. Dia masih menjabat
sebagai Penasihat Bank Mata Indonesia Pusat dan masih bolak-balik ke
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk menjenguk orang-orang yang
menjalani operasi katarak. Awal Januari lalu dia juga menerbitkan sebuah
buku biografi dirinya berjudul Mata Hati Sang Pioneer Indonesia. Di
bagian belakang buku itu tertulis pemberitahuan, semua hasil penjualan
buku akan disumbangkan untuk menanggulangi kebutaan yang disebabkan
katarak pada masyarakat kurang mampu.
Keterlibatan Pandji pada perkumpulan filantropi dunia, Lions Club, sejak
tahun 1971 agaknya juga membuka jalan lebar buat Pandji untuk menolong
orang buta. Dengan memakai bendera Lions Club, tidak terhitung lagi
kegiatan yang diprakarsai Pandji untuk menolong orang buta. Dari
membagikan 10.000 tongkat putih, kampanye kepedulian pada orang buta,
hingga ikut serta dalam proyek Flying Eye Hospital dari Amerika Serikat
pada tahun 1982. Flying Eye Hospital adalah sebuah pesawat DC-8 yang
diubah menjadi rumah sakit mini khusus untuk bedah mata yang dilengkapi
dengan sembilan kamera audiovisual.
Ayah yang buta
"Seperti memberikan dunia baru bagi mereka," ujar Pandji memulai
pembicaraan tentang kiprahnya pada orang buta.
Bukan tanpa latar belakang Pandji tertarik menolong orang buta. Ayahnya,
almarhum Phan Jam Soe, adalah penyandang tunanetra akibat bekerja di
tambang timah di Pulau Belitung. "Ayah sudah melakukan berbagai cara
pengobatan hingga ke Bandung, tetapi tidak sembuh juga. Malah akhirnya
buta," kenang Pandji yang lahir di Bandung, 25 Juni 1925.
Walau buta, Phan Jam Soe tidak ketinggalan informasi. Setiap sore dia
meminta salah seorang pegawainya untuk membacakan buku atau koran. "Ayah
tidak seperti orang buta. Penciuman dan pendengarannya yang tajam
membuat dia bisa bekerja dan tahu banyak hal. Dia sukses sebagai
pedagang," tutur Pandji yang pernah bercita-cita menjadi dokter mata.
Kiprah Pandji sendiri di bidang sosial sebenarnya sudah dia rintis sejak
muda. Ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1945, Pandji yang
bekerja sebagai wartawan di Bandung Herald, harian berbahasa Mandarin
pertama di Bandung, selalu membawa tas P3K (pertolongan pertama pada
kecelakaan) ke mana pun dia meliput. Kebiasaan ini tumbuh karena sejak
berusia 12 tahun Pandji ikut dalam kegiatan pandu. Di situlah Pandji
belajar untuk peduli kepada sesama.
"Ketika Jepang menjajah, sering terjadi letupan perlawanan.
Jadi, setiap kali bekerja, saya melakukan dua tugas. Pertama,
sebagai peliput berita. Kedua, sebagai pembantu petugas Palang Merah.
Puncaknya adalah peristiwa Bandung Lautan Api," cerita Pandji yang
mengisi tas P3K-nya dengan perban, kapas, alkohol, obat antibiotik, obat
merah, dan boorsalep, yang semuanya disiapkan dengan dana pribadi.
Penghargaan
Suami dari Trijuani dan ayah lima anak ini telah menerima berbagai macam
penghargaan, antara lain Satyalancana Pembangunan dari Presiden RI
(1983), Pengusaha Teladan DKI dari Gubernur DKI (1977), International
President’s Award dari Lions Club International (1989), dan penghargaan
dari Menteri Sosial (1999).
Penghargaan itu juga diberikan karena kepeloporannya di industri plastik.
Pandji yang pertama kali membuat sikat gigi dari nilon di Indonesia pada
tahun 1954. Semula sikat gigi yang ada di pasaran memakai bulu babi
sebagai sikatnya. Pandji juga yang pertama kali membuat pipa air plastik,
menggantikan pipa besi pada tahun 1963. Namanya pralon. Nama ini
akhirnya populer untuk menyebut pipa plastik. Pandji pun mendapat
julukan "Bapak Pralon Indonesia". Dia menyumbang pipa pralon secara
gratis untuk pembangunan Masjid Istiqlal. Pada tahun 1968, perusahaan
pralon ini dia lepas dan diberikan kepada salah seorang sahabatnya.
Di usia yang boleh dibilang lanjut ini Pandji tetap sehat. Flu dan batuk
pun jarang hinggap di tubuhnya. Ini karena dia rajin melakukan fitnes.
Setiap kali cek kesehatan, hasilnya selalu menggembirakan dan dia tidak
pantang makanan apa pun. Kunci dari semua keberhasilannya karena dia
selalu memegang pepatah China, tian shang you tian, di atas langit masih
ada langit. Pepatah ini bisa diartikan untuk tidak sombong dengan selalu
mensyukuri apa yang dimiliki. (M Clara Wresti, Kompas, 5 Maret 2007)
*****
PANDJI Wisaksana
Lebih dari 30 tahun ia menekuni bisnis karet dan plastik. Biasa
dipanggil Panji, ia dijuluki ''Raja Plastik'' dan ''Bapak Pralon'',
orang pertama yang memperkenalkan pipa plastik di pasaran Indonesia.
Setelah lulus SM Bandung English School, anak keempat dari sepuluh
bersaudara ini belajar bahasa Jepang. Ia mulai membantu usaha
orangtuanya, pengusaha angkutan di Bandung, yang pada zaman Jepang
berdagang tembakau dan hasil bumi. Sebagai sambilan, Panji mengajarkan
bahasa Jepang kepada seorang Cekoslovakia -- bekas pegawai pabrik sepatu
Bata -- yang berjualan ban bekas buat sepeda. ''Saya pun menjadi
salesman- nya,'' ia mengenang awal kariernya.
Pecah revolusi kemerdekaan, ia bergabung dengan Palang Merah Indonesia,
dan pernah menjadi wartawan Bandung Herald. Kembali ke bisnis, ia
bermodalkan tiga truk, meneruskan usaha orangtuanya. Tetapi, ''Bidang
industri ternyata lebih cocok buat saya,'' tuturnya.Berkenalan dengan
Wong Haking, pengusaha sikat gigi dari Hong Kong, Panji mendirikan dan
menjadi direktur Pabrik Sikat Gigi Haking di Jakarta, 1954.
Diversifikasi usaha dilakukannya dengan mendirikan PT Siliwangi Knitting
Factory, 1955.
Panji mendirikan PT Vitafoam Indonesia, patungan PT Pioneer Plastics
Ltd., yang dipimpinnya sejak 1964, dengan Inoue MTP Ltd., dan Vita
International, 1975. Sejak itu semua barang produksinya tidak lagi
memakai merk Haking, tetapi Pioneer.
Menyerap lebih dari 800 tenaga kerja, enam perusahaan Panji kini
dipimpin dua anaknya yang lulusan sekolah di luar negeri. Ia sendiri
masih mengawasi kegiatan usahanya lewat seperangkat komputer di ruang
kerjanya. Omset dan pajak? ''Ah, perusahaan kami kecil,'' katanya
merendah.
Panji menikah dengan Tri Juanni, dan dikaruniai empat anak. District
Governor 307 Lions Club International ini juga salah seorang pendiri
Bank Mata DKI Jaya, Ketua Umum Yayasan Panji Sejahtera, dan Wakil Ketua
Yayasan Universitas Trisakti. Sebagai Pengusaha Teladan 1977, ia
menerima Piagam dari gubernur DKI Jaya. Pada 1981 ia menerima Asia Award
untuk bidang bisnis plastik. Dari pemerintah RI ia menerima Satya
Lencana Pembangunan, 1983.
Di kala senggang, ia menggemari golf, renang, dan piknik. (PDAT) ►e-ti
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) |
|