|
C © updated 14112008 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/tim |
|
|
Biodata
Nama:
Sanusi Pane
Lahir:
Muara Sipongi, Tapanuli, Sumatera Utara, 14 November 1905
Meninggal:
Jakarta, 2 Januari 1968
Pendidikan:
- HIS dan ELS Padang Sidempuan, Tanjungbalai, Sibolga,
- MULO Padang dan Jakarta (1922),
- Kweekschool, Gubung Sahari, Jakarta (1925),
- Rechtshogeschool bagian Othonlogi
Karier:
- Guru,
- Redaktur majalah Timbul (1929-1930),
- Pemimpin surat kabar Kebangunan (1936-1941),
- Redaktur Balai Pustaka (1941)
Karya Tulis:
- Pancaran Cinta (1926),
- Prosa Berirama (1926),
- Puspa Mega (1927)
- Kumpulan Sajak (1927),
- Airlangga (drama berbahasa Belanda, 1928)
- Eenzame Caroedalueht (drama berbahasa Belanda, 1929)
- Madah Kelana (1931)
- Kertajaya (drama, 1932)
- Sandhyakala Ning Majapahit (drama, 1933)
- Manusia Baru (drama, 1940)
- Kakawin Arjuna Wiwaha (karya Mpu Kanwa, terjemahan bahasa Jawa Kuna,
1940) |
|
|
|
|
|
|
SANUSI PANE HOME |
|
|
Sanusi Pane (1905-1968)
Sastrawan Pujangga Baru
Sanusi Pane, sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru. Pria
kelahiran Muara Sipongi, Sumatera Utara, 14 November 1905, ini juga
berprofesi sebagai guru dan redaktur majalah dan surat kabar. Ia juga
aktif dalam dunia pergerakan politik, seorang nasionalis yang ikut
menggagas berdirinya “Jong Bataks Bond.” Karya-karyanya banyak
diterbitkan pada 1920 -1940-an. Meninggal di Jakarta, 2 Januari 1968.
Bakat seni mengalir dari ayahnya Sutan Pengurabaan Pane, seorang guru
dan seniman Batak Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal. Mereka
delapan bersaudara, dan semuanya terdidik dengan baik oleh orang tuanya.
Di antara saudaranya yang juga menjadi tokoh nasional,adalah Armijn Pane
(sastrawan), dan Lafran Pane salah (seorang pendiri organisasi pemuda
Himpunan Mahasiswa Islam).
Sanusi Pane menempuh pendidikan formal HIS dan ElS di Padang Sidempuan,
Tanjungbalai, dan Sibolga, Sumatera Utara. Lalu melanjut ke MULO di
Padang dan Jakarta, tamat 1922. Kemudian tamat dari Kweekschool (Sekolah
Guru) Gunung Sahari, Jakarta, tahun 1925. Setelah tamat, ia diminta
mengajar di sekolah itu juga sebelum dipindahkan ke Lembang dan jadi HIK.
Setelah itu, ia mendapat kesempatan melanjut kuliah Othnologi di
Rechtshogeschool.
Setelah itu, pada 1929-1930, ia mengunjungi India. Kunjungan ke India
ini sangat mewarnai pandangan kesusasteraannya. Sepulang dari India,
selain aktif sebagai guru, ia juga aktif jadi redaksi majalah TIMBUL (berbahasa
Belanda, lalu punya lampiran bahasa Indonesia). Ia banyak menulis
karangan-karangan kesusastraan, filsafat dan politik.
Selain itu, ia juga aktif dalam dunia politik. Ikut menggagas dan
aktif di “Jong Bataks Bond.” Kemudian menjadi anggota PNI. Akibat
keanggotannya di PNI, ia dipecat sebagai guru pada 1934. Namun sastrawan
nasionalis ini tak patah arang. Ia malah menjadi pemimpin
sekolah-sekolah Perguruan Rakyat di Bandung dan menjadi guru pada
sekolah menengah Perguruan Rakyat di Jakarta. Kemudian tahun 1936, ia
menjadi pemimpin surat kabar Tionghoa-Melayu KEBANGUNAN di Jakarta. Lalu
tahun 1941, menjadi redaktur Balai Pustaka.
Sanusi Pane sastrawan pujangga baru yang fenomenal. Dalam banyak hal
berbeda (antipode) dari Sutan Takdir Alisjahbana. Jika STA menghendaki
coretan yang hitam dan tebal dibawah pra-Indonesia, yang dianggapnya
telah menyebabkan bangsa Indonesia telah menjadi nista, Sanusi malah
berpandangan sebaliknya, mencari ke jaman Indonesia purba dan ke arah
nirwana kebudayaan Hindu-Budha. Sanusi mencari inspirasi pada kejayaan
budaya Hindu-Budha di Indonesia pada masa lampau. Perkembangan filsafat
hidupnya sampai pada sintesa Timur dan Barat, persatuan rohani dan
jasmani, akhirat dan dunia, idealisme dan materialisme. Puncak periode
ini ialah dramanya Manusia Baru yang diterbitkan oleh Balai Pustaka di
tahun 1940.
Karya-karyanya yang terkenal diantaranya: Pancaran Cinta dan Prosa
Berirama (1926), Puspa Mega dan Kumpulan Sajak (1927), Airlangga, drama
dalam bahasa Belanda, (1928), Eenzame Caroedalueht, drama dalam bahasa
Belanda (1929), Madah Kelana dan kumpulan sajak yang diterbitkan oleh
Balai Pustaka (1931), naskah drama Kertajaya (1932), naskah drama
Sandhyakala Ning Majapahit (1933), naskah drama Manusia Baru yang
diterbitkan oleh Balai Pustaka (1940). Selain itu, ia juga menerjemahkan
dari bahasa Jawa kuno kekawin Mpu Kanwa dan Arjuna Wiwaha yang
diterbitkan oleh Balai Pustaka (1940).
Jiwa nasionalismenya terlihat antara lain dari pernyataan Sanusi Pane
tentang akan dibentuknya perhimpunan pemuda-pemuda Batak yang kemudian
disepakati bernama “Jong Bataks Bond.” Ia menyatakan: “Tiada satu pun di
antara kedua pihak berhak mencaci maki pihak lainnya oleh karena dengan
demikian berarti bahwa kita menghormati jiwa suatu bangsa yang sedang
menunjukkan sikapnya.” (Dikutip dari Nationalisme, Jong Batak, Januari,
1926).
Dalam naskah itu, Sanusi Pane menyampaikan gagasannya bahwa
perhimpunan bagi pemuda-pemuda Batak bukan berarti upaya pembongkaran
terhadap de Jong Sumateranen Bond (JSB). Tetapi sebaliknya, menumbuhkan
persaudaraan dan persatuan orang-orang Sumatera. Karena itu, Sanusi Pane
mengingatkan agar tak ada caci maki antara kedua belah pihak. Semua
harus saling menghargai dan menghormati sebagai sesama bangsa,
lebih-lebih sebagai sesama Sumatera.
►ti/tsl
Referensi:
- Sanusi Pane, TIM(www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/sanusi.html
)
- Sanusi Pane, Wikipedia (id.wikipedia.org/wiki/Sanusi_Pane)
- “Jong Bataks Bond” dan Nasionalisme Sanusi Pane (http://jejakpengelana.blogspot.com/2008/03/jong-bataks-bond-dan-nasionalisme_15.html)
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|