Berita Utama MTI 39 (05)
Sri Sultan HB X, Capres Atau Cawapres
Oleh Ch Robin Simanullang
Hasil beberapa survei terakhir menunjukkan peningkatan cukup tinggi
peluang Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk ikut bertarung dalam Pilpres
2009 mendatang, baik sebagai Capres maupun Cawapres. Masalahnya adalah
partai mana yang akan mencalonkannya?
Sri Sultan HBX sendiri seorang kader Partai Golkar (PG). Partai ini
memiliki sejumlah kader yang memiliki kapasitas dan ambisi menjadi
Capres dan Cawapres. Maka, sudah barang tentu persaingan di antara
mereka akan sangat ketat. Sementara, mekanisme penentuan Capres-Cawapres
PG sampai saat ini masih dalam perdebatan, walau sudah mengarah pada
mekanisme Rapimnas dan akan meninggalkan mekanisme konvensi.
Sangat sulit bagi Sri Sultan memenangkan persaingan menjadi Capres,
terutama jika berhadapan dengan Ketua Umum DPP PG Jusuf Kalla yang juga
menjabat Wapres. Sementara untuk bisa menjadi Capres dari partai lain,
juga pasti tidak mudah. Sedangkan untuk menjadi Capres Independen,
undang-undang belum memungkinkannya.
Peningkatan popularitas Sri Sultan, memang membuka peluang yang baik
baginya untuk dicalonkan menjadi Capres atau Cawapres. Tapi peluang itu
hanya bisa terwujud jika dia dicalonkan partai. Sementara, sejauh ini
belum ada partai yang secara resmi menyatakan akan mengusungnya.
Dengan tidak menutup kemungkinan menjadi Capres, Sri Sultan lebih
realistis menjadi Cawapres. Beberapa kader Partai Golkar sendiri
mewacanakannya sebagai Cawapres berpasangan dengan JK. Begitu juga PDI-P
melalui beberapa kali survei menominasikannya sebagai Cawapres
pendamping Megawati. Juga Partai Demokrat akan memasangnya sebagai
Cawapres bagi SBY.
Hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN) pada 2 -14 Mei 2008 di 33
provinsi, menempatkannya sebagai figur peringkat ketiga yang akan
menjadi presiden dan wapres 2009-2014, yaitu dengan urutan SBY,
Megawati, Sultan, Wiranto, Prabowo, dan Hidayat Nur Wahid.
Hasil survei itu juga menempatkan pasangan SBY dan Sri Sultan sebagai
pasangan terfavorit Capres-Cawapres 2009. Disusul pasangan SBY-Wiranto
(47,9 persen), SBY-Prabowo (45,7 persen), SBY-Hidayat Nur Wahid (44,5
persen), Megawati-Wiranto (44,3 persen), Megawati-Sultan (43,5 persen),
Sultan-Wiranto (42,3 persen), Wiranto-Sultan (41,8 persen), Prabowo-Sultan
(41,2 persen), dan Megawati-Prabowo (41 persen).
Sementara hasil survei Lembaga Riset Indonesia (LRI) yang dilakukan pada
pertengahan Mei 2008, juga menempatkan Sultan di posisi ketiga Capres
dengan dukungan 17,61 persen responden. Berada di atas Wiranto yang
mendapat 8,76 persen. Diperingkat satu dan dua adalah SBY 35,6 persen
dan Megawati 25,51 persen.
Demikian pula untuk Cawapres, Sri Sultan berada di urutan kedua (27,71
persen) setingkat di bawah Hidayat NW (29,67 persen). Jusuf Kalla hanya
12,71 persen, Jenderal (Pol) Sutanto 7,09 persen, Din Syamsuddin 6,93
persen, Akbar Tandjung 4,48 persen, dan Panglima TNI Djoko Santoso 3,75
persen.
Di tengah makin meningkatnya popilaritas (daya tarik) Sri Sultan yang
tergambarkan dari berbagai hasil survei, pengamat masalah politik dan
sosial, Fachry Ali, mengatakan, jika pada Pilpres 2009 Jusuf Kalla
berpasangan dengan Sultan HB X, maka pasangan itu akan menjadi duet yang
menarik. Menurutnya, duet Kalla-Sultan bisa menjadi model duet Nusantara
karena merupakan perpaduan unsur Jawa dan luar Jawa.
Jika diamati dari gaya kepemimpinan, duet JK-Sri Sultan, mungkin lebih
ideal daripada duet SBY-Sri Sultan. Sebab gaya SBY dengan Sri Sultan tak
jauh berbeda. Sementara dengan JK, akan dapat saling mengisi dan saling
melengkapi.
Berpasangan dengan Mantan Pangkostrad Prabowo Subianto juga memungkinkan.
Hanya saja, partai mana yang akan mengusung mereka? Partai Gerindra yang
sudah menyatakan akan mengusung Prabowo, belum tentu akan meraih suara
signifikan.
Atau bisa muncul kejutan beberapa partai mencalonkan Sri Sultan menjadi
Capres berpasangan dengan Hidayat Nur Wahid sebagai Cawapres, atau
sebaliknya. Duet ini akan menjadi pesaing kuat, yang bisa mungkin
memenangkan pertarungan dengan kuatnya pesan moral dari keduanya.
Sementara, Sri Sultan sendiri dalam beberapa kesempatan menjawab
pertanyaan tentang kesediaannya untuk mencalonkan diri menjadi presiden,
mengatakan, dia tidak akan mendeklarasikan diri menjadi calon presiden.
Karena, menurut pesan mendiang Sultan Hamengku Buwono IX, kekuasaan itu
tidak untuk diperebutkan, tapi untuk melayani rakyat. “Maka, sejauh
dikehendaki rakyat dan rakyat meminta, tugas untuk melayani dan mengabdi
tidak bisa ditolak karena itu panggilan sejarah,” ujar Sultan
diplomatis. ► Majalah Tokoh
Indonesia Edisi 39 |
|
|
|