|
C © updated
27072004-11082003 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/bi |
|
|
Nama:
Dr Miranda Swaray Goeltom
Lahir:
Jakarta 19 Juni 1949
Agama:
Kristen
Jabatan:
Deputi Senior Gubernur BI 2004-2008
Pendidikan:
Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia
Master in Political Economy di Boston University , USA
Ph D dalam Ilmu Ekonomi juga di Boston University, USA.
Karier:
-
Dosen FE Universitas Indonesia
-
Anggota kelompok kerja Dewan Moneter
-
Anggota Tim Teknis Pengkajian Proyek Pemerintah, BUMN dan Swasta
-
Deputi Asisten Menko Ekku Wasbang, Republik Indonesia.
- Deputi Gubernur BI 1999-2003
- Deputi Senior Gubernur BI 2004-2008
Kegiatan Lain:
Alamat Kantor:
Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta 10110 Indonesia
Telp : (62-21) 381-7187 Faks : (62-21) 350-1867
E-mail:
|
|
|
|
|
|
|
BIOGRAFI |
|
|
BIOGRAFI: Miranda S Goeltom
Kecerdasan 'Miss Telat' Deputi Senior Bank Indonesia
(2004-2008) ini seorang srikandi keuangan Indonesia yang terbilang
cerdas. Alumni S1 FE-UI dan Doktor (S3) dalam Ilmu Ekonomi Boston
University, USA, ini digelari teman-temannya Miss Telat, saking
seringnya telat. Tapi, saat teroris meledakkan bom di Hotel JW Marriot,
kebiasaan telat, telah membuatnya luput dari bahaya.
Mantan Deputi Asisten Menko Ekku Wasbang dan dosen FE Universitas Indonesia, ini nyaris jadi korban bom di Hotel
JW Marriot Jakarta. Siang itu, dia memang tengah menuju Hotel JW Marriot itu untuk memenuhi janji makan siang di
restoran Syailendra di hotel itu
dengan Hans WinkelBolen, Direktur Rabo Bank yang akan mengakhir masa
tugasnya di Jakarta. Tapi karena ia telat seperti kebiasaannya --
sehingga teman-temannya menjulukinya 'Miss Telat' -- ia selamat tak
terkena bom.
Miranda berjanji akan datang pukul 12.00 Wib untuk makan siang itu.
Tapi sampi pukul 12.30 Wib ia masih sedang menuju tempat. Alasannya klasik,
jalanan seputar lokasi itu macet. Sopirnya Zaenal sudah mencoba potong
jalan, tetapi tetap juga telat. Beberapa puluh meter dari hotel itu, ia
pun sempat menelepon Hans memberitahu keterlambatannya karena macet.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan, lalu nyala api menyembur, asap tebal
mengepul dan jerit tangis melengking. Miranda meminta sopirnya putar balik.
Ia bersyukur terhindar dari maut itu. Ia pun mencoba menelepon Hans
berulangkali, tapi tidak ada jawaban. Belakangan diketahui, Hans
WinkelBolen tewas akibat ledakan bom itu.
Itu sepenggal kisah perjalanan hidup Miranda. Sebuah kisah yang
sungguh menggambarkan betapa betapa Tuhan masih menghendakinya hidup.
Hidup matinya seseorang manusia, sehebat apa pun dia, adalah tergantung
pada Khalik Pencipta.
Begitu pula perjalanan karir seseorang. Tidaklah semata-mata
ditentukan kecerdasan atau kemampuan seseorang. Sebagai seorang beriman,
Miranda juga percaya, bahwa jabatan apa pun yang dipercayakan kepadanya
adalah atas kehendak Tuhan.
Hal ini juga dirasakannya saat mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia
(1999-2003) ini terpilih menjadi Deputi
Senior, mengggantikan Anwar Nasution. Sebelumnya, dia tidak menduga akan
kembali berkiprah di Bank Indonesia, setelah tidak terpilih menjadi
Gubernur BI, kalah bersaing dengan Burhanuddin Abdullah.
Namun, Presiden Megawati Soekarnoputri kembali mengajukannya sebagai
calon Deputi Senior Gubernur BI bersama S Budi Rochadi dan Hartadi A
Sarwono. Ia dipilih Komisi IX DPR setelah
melalui rangkaian penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test)
yang berlangsung lebih dari 10 jam, Selasa (8/6/2004), dengan memperoleh
41 suara mengungguli S Budi Rochadi (12 suara) dan Hartadi A Sarwono (1
suara) dari 54 anggota Komisi IX DPR yang hadir. Jumlah anggota Komisi IX
DPR 56, dua tidak hadir. Kemudian ia dilantik Ketua MA Bagir Manan, Selasa
27 Juli 2004 untuk masa jabatan 2004-2008.
Wanita cerdas ini dilahirkan di Jakarta tanggal 19 Juni 1949.
Menyelesaikan pendidikannya sebagai Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, meraih gelar Master in Political Economy di Boston University ,
USA dan gelar Ph D dalam Ilmu Ekonomi juga dari Graduate School of
Economics di Boston University, USA.
Disertasinya berjudul "Financial Liberalization, Capital Structure, and
Investment: An Empirical Analysis of Indonesian Panel Data, 1981-1988".
Pengalaman kerjanya di samping sebagai staf pengajar di berbagai lembaga
juga sebagai anggota kelompok kerja Dewan Moneter, anggota Tim Teknis
Pengkajian Proyek Pemerintah, BUMN dan Swasta yang berkaitan dengan
Pemerintah/BUMN, serta sebagai Deputi Asisten Menko Ekku Wasbang, Republik
Indonesia.
Tahun 1993-1997 menjabat sebagai Deputi Asisten Menteri di bidang
Kebijakan Moneter dan Fiskal untuk Ekonomi, Keuangan dan Pengawasan
Pembangunan RI. Kemudian 1997-1999 dan 1999-2003, menjabat sebagai
Deputi Gubernur Bank Indonesia berdasarkan Keppres Nomor 150/M Tahun
1999 tanggal 17 Mei 1999, setelah disahkannya UU No 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia. Di samping itu, dia juga ditunjuk sebagai
Gubernur Pengganti (Alternate Governor) untuk Indonesia di Bank Dunia.
Kemudian Presiden Megawati Soekarnoputri mengajukannya salah satu dari
tiga calon Gubernur Bank Indonesia (BI), untuk
menggantikan Syahril Sabirin yang berakhir masa jabatannya, 17 Mei
2003, yakni Miranda S Goeltom, Burhanuddin Abdullah, dan Cyrillus Harinowo, Jumat 14 Februari 2003.
Pada proses pencalonan, terutama proses fit and proper test (uji
kelayakan dan kepatutan) yang dilakukan DPR dirasakannya berlangsung tidak
fair. Banyak hal-hal yang menyimpang dari substansi. mantan suaminya,
Siregar, juga mengumbar cerita-cerita kurang baik tentang dia.
DPR pun terbawa, sengaja atau tidak, ke arah cerita Siregar itu. Dalam
proses fit and proper test yang dimulai sejak pukul 10.00 pagi,
masing-masing calon menyampaikan misi dan visi. Miranda S Goeltom mendapat
kesempatan pertama, Cyrillus Harinowo mendapat giliran kedua dan
Burhanuddin mendapat kesempatan paling akhir pada malam hari.
Pemungutan suara berlangsung hingga tengah malam, Senin (12/5/03),.
Akhirnya Burhanuddin Abdullah terpilih menjadi Gubernur Bank
Indonesia (BI) yang baru. Ia meraih 34 suara dari 52 anggota Komisi IX DPR.
Miranda S Goeltom hanya meraih 18 suara dan Cyrillus Harinowo tidak meraih
satu suara pun.
Setelah itu, dia sempat beristerahat dan berkiprah di luar Bank
Indonesia. Tetapi, Presiden Megawati Soekarnoputri kembali mengajukannya
kepada DPR sebagai calon Deputi Senior Gubernur BI. Dia terpilih.
Kemudian pada tanggal 26 Juni 2004 ditetapkan sebagai Deputi Gubernur
Senior Bank Indonesia berdasarkan Kepres RI Nomor 98/M tahun 2004 dan dilantik Ketua MA Bagir Manan, Selasa
27 Juli 2004 untuk masa jabatan 2004-2008.
Dalam penyampaian visi dan misi Miranda menekankan reposisi BI dalam
mendukung perekonomian. Pertama, reposisi itu meliputi tantangan
perekonomian dan peranan BI sendiri, di antaranya dukungan BI terhadap
pencapaian kestabilan ekonomi makro dan peningkatan fungsi intermediasi
perbankan, kebijakan suku bunga dan nilai tukar, serta usaha kecil
menengah dan Bank Syariah. Kedua, peranan BI dalam menciptakan stabilitas
sistem keuangan dan kaitannya dengan stabilitas moneter. Ketiga,
peningkatan good governance. ►ti/tsl
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|